Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Syekh Umar Sutodrono Atau Sayyid Umar Basaiban dan Wirid Muhammadiyah

Syekh Umar Sutodrono atau Sayyid Umar Basyaiban Berjuang Bersama P. Diponegoro
Makam Syekh Umar Sutadrana di Dusun Kaligintung Desa Guntur Madu Kec. Watumalang Kab. Wonosobo
Makam Syekh Umar Sutadrana di Dusun Kaligintung Wonosobo

Syekh Umar Sutadrana biasa disebut ketika kita mengulas tentang tokoh dalam penyebaran Islam maupun dalam membela tanah air ini terutama di daerah Wonosobo tepatnya. Nama aslinya Umar, kemudian membaur dengan orang Jawa ditambahi Sutadrana. Lantas beliau bersama ayahnya menjadi prajurit Mataram. Berjuang melawan penjajah Belanda di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.

Dari silsilah beliau adalah seorang Sayyid atau keturunan Sayyidina Husain dan tentu nyambung kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw, delapan generasi di atas beliau adalah Sayyid abu bakar Asy-Syaibani yang merupakan seorang pendiri kabilah. Kemudian sampai pada keturunan Sayyid Abu Bakar Asy-Syaibani di Nusantara ini disebut Bani Syaibani atau Basyaiban, Basyiban atau di-Jawa-kan fam-nya menjadi Baseban.

Ketika Belanda berhasil memukul perlawanan Pangerang Diponegoro, prajuritnya kewalahan. Syekh Umar dan ayahnya lari ke Wonosobo. Bersembunyi di suatu tempat yang kini disebut Sudagaran. Hingga memiliki 6 anak dari istri yang berasal dari Yogyakarta. Enam anaknya itu bernama Raden Haji Ngabehi Jami, Raden H. Mangundrana, RH. Noyodrono, RH. Singodrono, RH. Surodipo, dan RH. Abdullah.

Dari RH. Abdullah ini yang kemudian menurunkan anak yang bernama Muhammad bin Abdullah dan tinggal juga di Sudagaran Wonosobo. Muhammad bin Abdullah ini yang nantinya lebih dikenal dengan dengan nama Syekh As-Suhaimi. Syekh As-Suhaimi atau lengkapnya Muhammad bin Abdullah As-Suhaimi dilahirkan pada 1259H/1843M di Sudagaran Wonosobo. Setelah menikah dengan Nyai Qoniah, yaitu kakak perempuan dari K.H. Asy’ari yang merupakan abahnya KH. Muntaha Al-Hafidz.

Kemudian, dalam proses mencari keilmuan sampai spiritualitasnya, setelah menikah dan tinggal di Kalibeber juga sampai ngaji ke Pesantren Loano Purworejo dan Tremas Pacitan. Sekembalinya dari pesantren, melanjutkan perjalanan spiritualnya ke Mekkah dan berguru kepada banyak ‘Ulama Mekkah. Selepas dari Mekkah beliau singgah dan menetap di Malaysia. Dalam kesinggahannya ini, dikemudian hari mendirikan Darul Arqom dengan Aurod Muhammadiyah, yang di kemudian hari aurod inilah yang diajarkan kepada banyak pengikut dan menjadi tarekat di Nusantara bahkan sampai Asia Tenggara.

As-Syekh Muhammad bin Abdullah As-Suhaimi dikenal oleh murid-muridnya dengan gelar Kyai Agung, sebab banyaknya murid telah menjadi kyai, serta banyaknya ummatnya yang sudah menjadi kyai pun ngaji dan belajar masih dengan beliau. Kesederhanaan serta keteladanan dari Syekh As-Suhaimi inilah yang menjadi ciri utama dari pola dakwah Islam sehingga dapat diterima.

Dalam buku “Diaspora Islam Damai, Tarekat dan Perannya dalam Penyebaran Islam Serta Sejarah Berdirinya Masjid Al-Manshur Wonosobo” karya Ahmad Muzan M.Pd.I menjelaskan tentang beliau sekembalinya dari Timur Tengah, yang kemudian menetap di Singapura dan Malaysia serta melanjutkan dakwahnya. Dimana dalam dakwahnya beliau mengajarkan dzikir aurad yang kemudian di disebut dengan Aurad Muhammadiyah, sebagaimana telah disinggung diatas.

Proses-prosesi dari aurad tersebut kemudian banyak diijazahkan kepada murid-muridnya serta orang yang telah diberi ijin untuk mengijazahkan untuk memberikan kepada orang lain. Pada gilirannya pengamal aurad ini menjadi sebuah komunitas tarekat. Kemudian praktek thoriqoh ini semakin tersebar dan banyak yang mengikuti. Dari corak pengajaran tarekat ini nampak tidak begitu rumit, seorang murid sebelum mengamalkan diharuskan untuk meminta ijazah dari Syekh Suhaimi atau wakil-wakil yang telah mumpuni dan ditujuknya, serta dalam pelaksanaan aurad teersebut setelah menerima baru diamalkan setelah sholat fardu dengan ketentuan tertentu.

Sumber :
https://bagyanews.com/syekh-umar-sutadrana-dan-aurad-muhammadiyah/

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Syekh Umar Sutodrono Atau Sayyid Umar Basaiban dan Wirid Muhammadiyah, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.