Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Biografi Maulana Malik Isroil, Ahli Tatanegara yang Bersemayam di Gunung Santri

Biografi Maulana Malik Isro’il, Ahli Tatanegara yang Bersemayam di Gunung Santri
Biografi Maulana Malik Isro’il, Ahli Tatanegara Makam Gunung Santri

Biografi Maulana Malik Isro’il

Dalam susunan nasab keluarga besar Azmatkhan yang ada di Asia Tenggara, khususnya keturunan Sayyid Husein Jamaluddin Jumadil Kubro, Maulana Malik Israil adalah anak yang ke 13. Nama asli beliau sendiri adalah Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan, sedangkan nama lainnya adalah Sultan Qonbul, Sultan Patani Darussalam, Arya Gajah Mada, Minak Brajo Nato. Jika melihat nama-nama lain yang beliau sandang menunjukkan bahwa beliau ini bukan tokoh sembarangan, apalagi hubungan beliau dengan Sultan Muhammad 1 dari Kesultanan Turki Usmani sangat akrab. Tidak heran pada waktu penugasan dakwah ke wilayah Asia Tenggara ini, yang menjadi tokoh penghubung antar keluarga besar Azmatkhan yang bertebaran diberbagai negara adalah beliau ini. Memang diantara sekian nama yang beredar, dua nama yang populer adalah Maulana Malik Israil dan Ali Nurul Alam, terutama diwilayah Kelantan, Champa, Patani, Banten, Cirebon dan Demak. Bagi mereka yang merupakan keturunan beliau terutama dari daerah daerah yang telah saya sebutkan tadi, tentu nama Maulana Malik ISrail atau Sayyid Ali Nurul Alam sangat melekat kuat dihati mereka.

Maulana Malik Israil sendiri bagi saya adalah sosok yang fenomenal, kenapa demikian, karena gelar yang beliau sandang ini cukup menunjukkan bahwa beliau ini mempunyai pengaruh yang dahsyat terhadap beberapa bangsa, Sebagai seorang Pejabat diplomat tangguh gelar MAULANA MALIK ISRAIL jelas menandakan bahwa beliau ini mempunyai pengaruh yang kuat bagi bangsa Israil atau Yahudi yang saat itu banyak bertebaran di Eropa termasuk di Turki, Palestina dan beberapa tempat lag. Pada Masa Lalu yang namanya gelar yang disandang seorang tokoh itu tidaklah sembarangan, apalagi dengan tokoh sekelas beliau ini. Maulana (yang merupakan gelar seorang pemimpin dan juga sinonim dari Sayyid) serta Malik (Raja) dan Israil (Bangsa Yahudi) tentu bukan asal disematkan begitu saja kepada beliau ini. Kedekatannya dengan Sultan Muhammad I dari Kesultanan Turki tentu sangat mendukung adanya gelar beliau itu. Tidak heran dengan adanya gelar beliau ini beberapa sejarawan kadang sering terkecoh, dikiranya bahwa Maulana Malik Israil atau Sayyid Ali Nurul Alam berasal dari keturunan ISRAIL atau YAHUDI. Padahal nama Maulana Malik Israil itu hanyalah sebagian gelar dari Sayyid Ali Nurul Alam.

Ketika Majelis Dakwah Walisongo dibentuk tahun 1404 oleh Sultan Muhammad I dari Kesultanan Turki Usmani, 9 Anggota Majelis Dakwah Walisongo segera bergerak ke wilayah Asia Tenggara, khususnya pulau Jawa, termasuk Maulana Malik Israil ini, beliau bersama Maulana Ali Akbar yang juga merupakan kakaknya bergerak ke arah barat Pulau Jawa (Sunda). Bersama Maulana Ali Akbar (kakaknya yang ketiga) yang kebetulan menguasai bidang pengobatan/kedokteran, Maulana Malik Israil dan Maulana Ali Akbar bahu membahu dalam dakwah Islamiah. 9 anggota angkatan pertama Majelis Dakwah Walisongo ini keberadaannya sangat jelas tercatat dalam sebuah surat yang tersimpan dimusium Istambul Turki, termasuk juga dimana keberadaan makam makam mereka. Bahkan pada beberapa catatan yang dilakukan oleh keluarga Besar Walisongo, makam-makam Walisongo angkatan pertama itu jelas tertulis, seperti yang pernah ditulis oleh KH Muhammad Dahlan dalam buku Khaul Sunan Ampel ditahun 1979, bahkan beberapa keturunan Maulana Malik Israil sering melakukan perayaan khaul beliau di Cilegon, artinya keberadaan makam Maulana Malik Israil sudah lama diketahui.

Nasab Maulana Malik Israil

Maulana Malik Israil/Ali Nurul Alam bin Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro bin Ahmad Syah Jalaluddin bin Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik Azmatkhan Al Husaini.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Biografi Maulana Malik Isroil, Ahli Tatanegara yang Bersemayam di Gunung Santri, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.