Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Biografi Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthas Penggubah Ratibul Atthas

Biografi Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthas Penggubah Ratibul Atthas
Biografi Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthas Penggubah Ratibul Atthas

Silsilah Nasab

Silsilah Nasab Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas adalah :
  1. Umar bin 
  2. Abdurrahman bin 
  3. Aqil bin 
  4. Salim bin 
  5. Abdullah bin 
  6. Abdurrahman bin 
  7. Abdullah bin 
  8. Sayyidina Syaikh AI-Imam Al-Qutb Abdurrahman As segaf bin 
  9. Syaikh Muhammad Maula Ad Dawilah bin 
  10. Syaikh Ali Shahibud Dark bin 
  11. Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur  bin 
  12. Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddammuhammad bin 
  13. Sayyidina Ali bin 
  14. Sayyidina Al-Imam Muhammad dan Shahib Mirbat. 
  15. Nasabnya bersambung sampai Rasulullah SAW.

Kelahiran dan Masa Kecil

Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas lahir pada tahun 992 H/ 1572 M di desa Lisk, dekat kota Inat, Hadramaut. Beliau pula yang mula-mula mendapat gelar Al-Attas (Orang yang bersin), yang kemudian digunakan sebagai nama sebuah marga. Dijuluki demikian karena dahulu ketika masih berada dalam kandungan sang ibunda Syarifah Muznah binti Muhammad Al-Jufri, beliau sering bersin. Itulah karamah pertama Habib Umar bisa bersin ketika masih berada dalam kandungan.

Sejak kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, Habib Abdurrahman bin Aqil. Meskipun matanya tidak dapat melihat sejak kecil, tetapi Allah SWT memberi beliau kecerdasan otak dan pandangan hati (bashirah) yang tajam, hingga beliau mudah menghafal apa saja yang didengar. Beliau termasuk rang yang tekun beribadah, buktinya beliau sering ke kota Tarim dengan berjalan dari desanya Lisk dan melakukan shalat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.

Menetap di Huraidzah

Habib Umar termasuk Sayyid dari marga al-Atthas yang pertama kali keluar untuk berdakwah di lembah Hadramaut. Hingga akhirnya beliau menetap di desa Huraidzah pada tahun 1040 H dan kini menjadi terkenal sebagai kampung halaman marga al-Atthas.

Ketika tiba di Huraidzah untuk pertama kali, Habib Umar diminta oleh Syaikh Najjaad Adz-Dzibyani untuk menetap di rumahnya, karena sangat menghormati dan mengharap barokah yang nampak keluar dari beliau. Dahulu di desa tersebut ada seorang wanita yang bernama Shalihah. Dia bernazar untuk memberikan harta dan bagian dari rumahnya kepada Habib Umar.

Pemberian dari wanita itu diterima oleh Habib Umar yang kemudian beliau meminangnya sebagai imbalan atas kebaikannya itu. Beliau pernah belajar pada Habib Muhdhar bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Muhammad bi Abdurrahman Al-Hadi, dan dari Sayyid Umar bin Isa Barakwah as-Samarqandi. Beliau juga menerima sanad kalimat talqin La Ilaha illallah Muhammadur Rasulullah dari Syaikh al-Arif billah Asy-syarif Umar bin Isa Barakwah As Samarqandi al-Maghribi, yang cabangnya sampai kepada Syaikh Abdul Qadiral-Jailani, di mana sanadnya bersambung sampai derngan Rasulullah SAW.

Sanad Tarekat

Habib Umar menimba sanad tarekat dan baju sufi dari gurunya, Imam Husain bin Abu Bakar bin Salim Shahib Inat. Sedangkan talqin dzikirnya beliau ambil dari Imam Umar Barakwah As Samarkandi yang dimakamkan di daerah Ghurfah. Adapun jabatan tangan beliau ambil dari Imam Muhammad Al Hadi bin Abdurrahman Bin Syihabuddin Ahmad bin Abdurrahman bin Abu Bakar dengan sanad yang sampai kepada Syeikh Ali bin Abu Bakar. Sanad Syeikh Ali ini telah disebutkan dalam kitabnya Al-Burqah.

Dan di antara murid-murid Habib Umar adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad, Sayid Ali bin Umar bin Husein bin Ali bin Syaikh Abu Bakar, dan Syaikh Ali bin Abdullah Baras.

Menulis Ratib Al-Atthas

Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas menggubah ratib yang diberi nama "Azizul Manalwa Fathu Babil Wishal" (anugerah agung dan pembuka pintu tujuan) yang terkenal juga dengan nama Ratibul Atthas. Ratib ini merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang gemar membacanya, terutama bagi yang sedang mengalami kesulitan.

Habib Umar al-Attas sendiri berwasiat, "Rahasia dan hikmah telah kutitipkan di dalam Ratib itu.”

Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas wafat pada tengah malam malam Kamis tanggal 23 Rabi'ul Akhir 1072 H/ 1652 M di desa Nafhun. Jenazah beliau dimakamkan di desa Huraidzah pada kamis sore. Disebutkan oleh Syaikh Abdullah bin Syaikh Ali bin Abdullah Baras, “Ketika Syaikh Ali Baras wafat, Syaikh Muhammad bin Ahmad Bamasymusy mimpi bertemu dengan Syaikh Ali Baras dan ia bertanya kepadanya, ‘Dimanakah engkau bertemu dengan Habib Umar?’Jawab Syaikh Ali Baras, ‘Aku sempat berjabat tangan dengan Habib Umar di dekat arasy Allah SWT.’”

Kata Mutiara

Berikut adalah beberapa kata-kata mutiara Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas :
  1. Setiap orang akan diwafatkan dalam kondisi sesuai kebiasaan semasa hidupnya. Oleh karena itu perhatikanlah kebiasaan baik yang engkau menginginkan wafat dalam kondisi tersebut, dan jauhilah kebiasaan buruk yang engkau tidak ingin wafat dalam kebiasaan seperti itu.
  2. Sumber-sumber ilmu tidak akan berkurang sedikit pun dari generasi terkemudian. Akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali sedikit.
  3. Hendaknya orang orang yang menghendaki keselamatan akhirat meninggalkan tidurnya, demi untuk mendapatkan siraman rahmat di malam hari.
  4. Buah kurma atau ketimun dari sumber yang halal, lebih baik dari bubur daging dari sumber yang syubhat.
  5. Perbanyaklah membaca istighfar dan shalawat, karena keduanya adalah sebaik-baik dzikir yang dapat menolong kesulitan di masa kini.

Syafaatnya sampai ke Desa Sapuro Pekalongan

Konon didalam Manaqibnya al-Imam Shahib Ratib al-Quthb al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athas pernah berucap,
"شفاعتي تبلغو إلى سفورا"
(Syafaatku akan sampai hingga daerah Sapuro)
Para Habaib dan Masyaikh yang hadir dan mendengarkan kalam beliau saat itu kebingungan dengan kata 'SAPURO' sebab beliau hidup dan berdakwah di Hadhramaut, Yaman Selatan. Mereka asing dengan daerah bernama SAPURO.

Ternyata lebih kurang 300 tahun kemudian para Habaib Hadhramaut kaget karena ada seorang dari keturunan beliau yang Hijrah dari Hadhramaut ke Indonesia, berdakwah ilallah menyebarkan ajaran datuknya, hingga menetap dan wafat di Desa SAPURO, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Beliau adalah al-Imam al-Quthb al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Athas Shahib Sapuro Pekalongan, seorang Ulama serta WaliAllah yang Luar Biasa dan sangat masyhur di Indonesia. Baik ketika beliau hidup selalu dikunjungi, maupun setelah wafatnya makamnya selalu ramai diziarahi.

Peringatan Haul wafatnya Habib Ahmad al-Athas setiap tahunnya dilaksanakan pada tanggal 14 Sya’ban. Acara Haul ini selalu dihadiri oleh ribuan umat Islam dari berbagai daerah, bahkan tak sedikit yang juga berasal dari luar negeri seperti Yaman, Singapura, Malaysia, dan lain sebagainya.

Nasab lengkap beliau adalah, al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib bin Ali bin Hasan bin al-Imam Ali (Shahib Masyhad) bin Hasan bin Abdullah bin Hussain bin al-Imam al-Quthb al-Habib Umar bin Abdurrahman bin Aqil al-Athas (Shahib Ratib) dan terus bersambung melalui rantai emas nasab mulia hingga NabiAllah al-Musthafa Muhammad bin Abdillah  ﷺ.

Semoga Allah meninggikan derajatnya di SurgaNya dan memberikan kita manfaat dengan keberkahannya di Dunia dan Akhirat, Aamiin.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Biografi Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthas Penggubah Ratibul Atthas, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.