Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

KH. Abdul Qodir Bin Muhammad Hasan Al-Banjari

Biografi KH. Abdul Qodir Bin Muhammad Hasan Al-Banjari / Guru Tuha
Biografi KH. Abdul Qodir Bin Muhammad Hasan Al-Banjari / Guru Tuha

Biografi

(Beliau lahir di Tunggul Irang Martapura pada Tahun1891, dan beliau wafat pada hari Sabtu 19 Juni 1978) beliau adalah pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Martapura periode keempat (Tahun 1940 s/d 1959)

Beliau dikenal sebagai sesepuh di Pondok Pesantren Darussalam dan seringkali dipanggil dengan sebutan Guru Tuha. Beliau adalah orang yang menjadi tangan kanan waktu itu oleh KH. Muhammad Kasyful Anwar saat menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darussalam tahun 1922 s/d 1940 dan kemudian menggantikan sebagai pimpinan setelah KH. Muhammad Kasyful Anwar wafat dari tahun 1940 s/d 1959.

Pendidikan

Beliau mengaji di Martapura diantaranya adalah dengan KH. Abdur Rahman (Guru Adu) Tunggul Irang, dan KH. Muhammad Kasyful Anwar. Beliau juga mengaji keluar daerah, seperti di Pulau Madura dengan KH.Kholil Bangkalan, dan di Pulau Jawa dengan KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang, dan sempat pula belajar di kota Makkah Al Mukarromah.

Riwayat Hidup

KH. Abdul Qodir Hasan termasuk murid yang paling disayangi oleh KH. Hasyim Asy'ari dan dipercaya untuk mendirikan cabang NU pertama di luar Pulau Jawa yakni di Kota Martapura, setelah mengikuti Muktamar Nahdlatul Ulama pertama tanggal 21 Oktober di Surabaya. Dari kota Martapura inilah beliau mendirikan dan melantik cabang-cabang organisasi NU di beberapa wilayah di Pulau Kalimantan sebagai rais syuriah pada masa itu.

Di masa kepemimpinannya sebagai pimpinan pondok dan rais NU, beliau melaksanakan pertemuan rutin setiap bulan di aula Pondok Pesantren Darussalam yang dihadiri oleh seluruh tuan-tuan guru yang ada di kota Martapura dan sekitarnya untuk membahas persoalan agama yang timbul di masyarakat (Bahtsul Masa'il) dan ditutup dengan tahlilan, acara ini disebut dengan istilah Lailatul ijtima.

Hasil forum bahtsul masail ini kemudian disebarkan kepada masyarakat sebagai solusi terhadap berbagai persoalan keagamaan dan sosial yang terjadi di masyarakat.

Pon-Pes Darussalam di Luar Kalimantan

Sejak pimpinan KH. Muhammad Kasyful Anwar sampai pimpinan KH. Abdul Qodir Hasan, banyak guru pengajar di Darussalam yang ditugaskan untuk berdakwah dan mengajar agama Islam keluar daerah sepertiSampit, Pontianak, kotawaringin, Kotabaru, Purukcahu dan daerah di luar Kalimantan Selatan lainnya. Para guru yang dikirim tersebut bermukim di tempat-tempat tersebut dan lalu mendirikan madrasah/ pesantren-pesantren yang berafiliasi dengan Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Masa Penjajahan

Pada masa pendudukan Jepang Pondok Pesantren Darussalam dipaksa untuk menjadi asrama tentara Jepang, namun oleh beliau proses belajar mengajar masih tetap terus dijalankan dengan disebarkan di rumah-rumah guru pengajar dan terus istiqomah kegiatan sekolah dijalankan seperti itu hingga Jepang keluar dari Martapura tahun 1945.

Masa Revolusi Kemerdekaan

Pada masa revolusi kemerdekaan beliau bertindak sebagai sesepuh gerakan gerilya di Kalimantan, memberikan semangat dan kekuatan moril bagi para pejuang gerilya yang berusaha mengusir tentara Belanda yang kembali hendak menjajah tanah air.

Pada tahun selanjutnya, awal kemerdekaan RI beliau turut aktif memulihkan keamanan bersama-sama dengan almarhum KH. Zainal Ilmi Dalam Pagar Martapura.

Wafat Beliau

KH.Abdul Qodir Hasan wafat pada hari Sabtu, tanggal 11 Rajab 1398 H / 17 Juni 1978 M. Tempat pemakaman dia di Kubah KH. Abdul Qodir Hasan di Jalan K.H.M. Kasyful Anwar Pasayangan Martapura.

SEMOGA DENGAN MEMBACANYA KITA SEKALIAN AKAN SEBAHAGIAN DARIPADA MANAQIBNYA BELIAU, MAKA BERTAMBAH PULA LAH RASA CINTA DIHATI KITA KEPADA ORANG SHOLEH.


SEMOGA BAROKAH DUNIA AKHIRAT. AAMIIN ALLOHUMMA AAMIIN.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: KH. Abdul Qodir Bin Muhammad Hasan Al-Banjari, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.