Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Kisah pedang Zulfikar Ali bin Abu Thalib

Kisah pedang Zulfikar Ali bin Abu Thalib
Kisah pedang Zulfikar Ali bin Abu Thalib


“Tidak ada pedang, setajam pedang Zulfikar dan tidak ada pemuda yang mana setangguh Sayyidina Ali bin Abu Thalib (Karomallahu wajhahu)” Demikianlah slogan yang selalu di dengung-dengungkan oleh kaum muslimin ketika perang Uhud yang amat dahsyat itu tengah berlangsung. Dalam perang tersebut, Sayyidina Ali bin Abu Thalib memperlihatkan ketangguhannya sebagai seorang pahlawan islam yang amat gagah perkasa.

Ia di kenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi dan tak ada bagian belakangnya.
Ketika di tanya, “Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan dibagian belakangnya, Hai Abu Husein?”
Maka Sayyidina Ali bin Abu Thalib akan menjawabnya dengan mudah “Kalau seandainya aku menghadapi musuhku dari belakang niscaya aku ini akan binasa.”

“Ketika terjadi perang Badar antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy, di mana para kaum muslimin memperoleh kemenangan yang telak, maka korban yang berjatuhan di pihak kaum Quraisy berjumlah sekitar tujuh puluh orang. Konon sepertiga korban yang tewas dari pihak kaum Quraisy pada perang badar itu merupakan persembahan khusus dari Sayyidina Ali bin Abu Thalib dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

Sementara itu Amru bin Wud Al ‘Amiri, seorang jawara yang sangat tangguh dari kaum kafir Quraisy ikut serta dalam perang Khandak. Dengan angkuhnya ia menari-nari di atas kudanya sambil memainkan pedangnya dan mengejek kaum muslimin seraya berkata, “Hai kaum muslimin, maka manakah surga yang telah dijanjikan kepadamu bahwa orang yang Gugur di antaramu akan masuk kedalamnya? inilah dia surga yang kini berada di hadapan-mu, maka sambutlah.”

Namun itu kenyataannya tak ada seorangpun dari kaum muslimin yang berani maju untuk menjawab tantangan yang mana dilontarkan Amru bin Wud, yang terkenal amat bengis dan kejam itu.

Tak lama kemudian Sayyidina Ali bin Abu Thalib pun berdiri MAJU dan berkatalah kepada Rasulullah,

“Yaa Rasulullah, kalau Anda mengijinkan, maka saya akan maju untuk bertarung melawannya”
Rasulullah menjawab, “Hai Ali, Bukankah dia itu Amru bin Wud, jagoan kaum Quraisy yang ganas itu?”
Lalu Sayyidina Ali bin Abu Thalib pun menjawab, “Ya, Saya tahu dia itu memang adalah Amru bin wud, akan tetapi bukankah ia juga manusia seperti kita?”

Akhirnya Rasulullah mengijinkan untuk bertarung melawannya. Dengan pedang Zulfikar, Sayyidina Ali bin Abu Thalib menebas musuh-musuhnya Selang beberapa saat kemudian, Sayyidina Ali bin Abu Thalib telah maju ke gelanggang pertarungan untuk bertarung melawan Amru bin Wud.

Lalu Amru pun bertanya seraya memandang remeh kepadanya, “Siapakah kamu hai anak muda?” maka Sayyidina Ali menjawab “Aku adalah Ali”
Amru bin Wud bertanya lagi, “Kamu anak Abdul Manaf?”
“Bukan, Aku anak Abu Thalib”
Lalu Amru bin Wud berkata, “Kamu jangan maju ke sini hai anak saudaraku! Kamu masih kecil. Aku hanya menginginkan orang yang lebih tua darimu, karena aku pantang menumpahkan darahmu.”
Sayyidina Ali bin Abu Thalib pun menjawab, “Jangan sombong dulu hai Amru! Aku akan buktikan bahwa Aku dapat merobohkan-mu hanya dalam beberapa detik saja dan aku tidak segan-segan untuk menghantarkan-mu langsung ke liang kubur”

Betapa marahnya Amru bin Wud mendengar jawaban Sayyidina Ali bin Abu Thalib itu. Lalu ia turun dari kuda dan dihunus-nya pedang miliknya itu ke arah Sayyidina Ali bin Abu Thalib.
Sementara itu Sayyidina Ali bin Abu Thalib langsung menghadapinya dengan sangat tenang dan Tameng di tangan kirinya dan Pedang Zulfikar di Tangan kanan!

Tiba-tiba Amru bin Wud melancarkan serangannya dengan pedang. Dan Imam Ali pun lalu menangkis serangan itu dengan menggunakan tamengnya yang terbuat dari kulit binatang sehingga pedang Amru Tertancap di tameng itu.


Maka itu secepat kilat Sayyidina Ali KW menghantamkan dengan keras pedang Zulfikar pada tengkuknya hingga ia tersungkur ke tanah dan bersimbah darah, dan akhirnya kaum kafir Quraisy lainya yg melihat itu lari tunggang langgang.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kisah pedang Zulfikar Ali bin Abu Thalib, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.