Sebelas Peristiwa Penting di Bulan Safar (Benarkah Haram Menikah di Bulan Syafar?)
Bulan SAFAR, yaitu bulan kedua
setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun
Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong atau nol.
Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan
rumah untuk menyerang musuh.
Telah menjadi kepercayaan keliru
oleh sebagian umat bahwa Safar adalah bulan sial atau bulan bencana. Padahal,
mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad SAW
yang menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah),
tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung
hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang
dipercayai).”
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan
bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu
melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)
Dalam sejarah Islam, bulan shafar
menempatkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan
Islam dari zaman Rasulullah hingga kejayaan dan keruntuhunnya. Berikut 11
peristiwa penting di bulan Safar.
1.
Pernikahan
Rasulullah SAW dengan Khadijah binti Khuwailid
Menurut
beberapa sumber Rasulullah saw menikahi khadijah rha pada bulan Shafar. Menurut
Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syeikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri
Rasulullah muda menikahi khadijah atas prakarsa Nafisah binti Munabbih. Mahar
yang diberikan Rasulullah SAW berupa Unta 20 ekor dengan jarak usia lebih tua Khadijah
15 tahun.
2.
Peristiwa Perang
Al-Abwa
Dalam Zaadul
Maad Peristiwa ini terjadi pada bulan Shafar tahun ke 12 Hijrah. Perang Al Abwa
disebut pula dengan Perang Waddaan. Pembawa panji perang saat itu Hamzah bin
Abdul Muthalib. Ketika itu panji yang dibawa berwarna putih. Kepemimpinan kota
Madinah sementara waktu diserahkan kepada Saad bin Ubadah. Perang ini Dilakukan
khusus untuk menyergap kafilah Quraisy namun tidak membuahkan hasil.
Pada peristiwa
ini Nabi berpesan kepada Makhsyi bin Amr adh-Dhamari, yang merupakan pemimpin
Bani Dhamrah kala itu, untuk tidak saling berperang dan tidak membantu lawan.
Perjanjian dibuat tertulis. Itu berlangsung selama lima belas malam.
3.
Tragedi Ar Raji’
Pada tahun 3 H
bulan Shafar datanglah kepada Nabi saw kaum dari Bani ‘Adhal dan al-Qaaroh dan
menyatakan bahwa mereka masuk Islam. Dalam Zaadul Maad dikisahkan Kedua kabilah
itu meminta dikirim orang-orang yang dapat mengajarkan mereka tentang Islam dan
membacakan kepada mereka al-Quran. Nabi saw mengutus kepada mereka enam orang.
-Ibnu Ishaq dan al-Bukhari menyebutkan: sepuluh orang.- yang dipimpin oleh
Mursyid bin Abi Mursyid al-Ghanawi, yang salah satunya Khabib bin Adi. Namun,
ketika rombongan sampai pada suatu tempat bernama Ar Raji’ dua kabilah tersebut
berkhianat. Para utusan Islam dibantai dengan dibantu oleh kabilah Hudzail dan
menawan Khabib bin Adi dan Zaid bin ad-Datsiah. Kemudian keduanya dijual di
Mekkah. Mereka berdualah yang nantinya membunuh tetua kabilah Hudzail pada
perang Badar.
4.
Tragedi Bi’ir
Ma’unah
Peristiwa Bi’ir
Ma’unah terjadi pada bulan Shafar tahun 4 H selang beberapa saat setelah
tragedi Ar Raji’. Diceritakan dalam Hayat Muhammad karya M Husain Haikal pada
waktu itu Rasulullah saw menawarkan keIslaman kepada Abu Bara’ Amr bin Malik.
Namun Abu Bara’menolak dengan halus. Kemudian ia menawarkan kepada Rasulullah
saw agar mengutus sahabatnya ke Najd untuk mengajak kaum Najd memeluk Islam.
Atas jaminan dari Abu Bara’ Rasulullah saw kemudian mengutus Al Mundhir bin Amr
dari Bani Sa’idah beserta 40 sahabat pilihan menuju Najd.
Ketika sampai
di Bi’ir Ma’unah Para utusan berhenti dan mengutus Haram bin Milhan membawa
dari Rasulullah kepada Amir bin Thufail. Namun surat itu tidak dibaca Amr,
bahkan Amr membunuh Haram bin Milhan. Kemudian Amir bin Thufail meminta bantuan
kabilah Bani Amir yang akhirnya ditolaknya karena ada jaminan perlindungan
(suaka) dari Abu Bara’. Amir Bin Thufail kemudian mengajak kabilah Bani Sulaim
dan mendapat sambutan. Pecahlah pertempuran antara Amir dan sekutunya dengan
utusan Rasululah, akhirnya semua utusan terbunuh kecuali Ka’ab bin Zaid bin
an-Najjar walaupun terluka dan bergelimpangan bersama jasad-jasad lain. Dia
hidup hingga gugur pada peristiwa perang Khandak.
Pada
pertempuran ini terbunuh pula ketua utusan Mundzir bin Uqbah bin Aamir
sedangkan Amr bin Amiah adh-Dhamari ditawan. Ketika tahu bahwa Amr dari kabilah
Mudhar, Aamir memotong rambut dahinya (jambulnya) dan membebaskannya dengan
jaminan yang ada pada Amiah.
Amr bin
Amiahpun kembali ke Madinah. Ketika sampai di Qorqorah di Sodr Qonaah (nama
tempat) dia berteduh di sebuah pohon. Pada saat yang sama datanglah dua orang
dari Bani Kilaab turut berteduh bersamanya. Manakala kedua orang dari bani
Kilaab tertidur, Amr membunuh keduanya. Amr merasa sedikit telah membalaskan
apa yang telah dilakukan terhadap para sahabatnya. Tetapi ayalnya, ternyata
kedua orang yang dibunuh itu telah memiliki perjanjian dengan Rasulullah saw,
dan dia tidak menyadarinya. Ketika sampai di Madinah Amr mengabarkan apa yang
terjadi kepada Rasulullah saw dan apa yang dia lakukan terhadap dua orang dari
Bani Kilaab.
(Mendengar itu) Rasulullah pun bersabda:
Ù„َÙ‚َدْ Ù‚َتَÙ„ْت Ù‚َتِيلَÙŠْÙ†ِ
Ù„َØ£ُودِÙŠَÙ†َّÙ‡ُÙ…َا
“Sungguh
engkau telah membunuh dua orang yang harus aku bayar diah (denda) pembunuhan
keduanya”.
5.
Kemengan Perang
Khaibar
Menurut Ibnu
Qayim Al Jauziyah dalam Zaadul Maad Sesungguhnya keluarnya Rasulullah r ke
Khaibar adalah di akhir bulan Muharram, bukan permulaannya. Fath (kemenangannya)
adalah di bulan Shafar.
Perang Khaibar
merupakan peperangan kaum muslimin dengan Yahudi di Khaibar karena bersekutu
denga Raja Hiraklius. Kaum Muslimin menaklukkan sebuag benteng yang berlapis
dengan membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengepung dan menembus masuk ke
bentng tersebut.
6.
Peristiwa
Pengepungan di Khats’am
Peristiwan ini
jatuh pada bulan Shafar tahun 9 H. Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka menceritakan:
Rasulullah SAW mengutus Qutbah
bin Aamir dengan dua puluh orang ke distrik dari wilayah Khast’am pinggiran
Tabbaalah. Nabi memerintahkannya untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar
dengan berbekal sepuluh onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya.
Tetapi bahasa orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena
membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh telah
tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah pertempuran yang
sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak. Qutbah bin Aamir memerangi
siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan apapun yang bisa dibawa digiring ke
Madinah. Dikisahkan bahwa lawan berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak
mereka, tetapi Allah swt mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk
bisa sampai kepada para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa
menatap hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat
menyeberang (Zaadul Maad).
7.
Masuk Islamnya Bani
Udzrah
Bani Udzrah
adalah salah satu bani yang mempunyai garis keturunan sampai kepada Qushai
salah satu kakek Rasulullah saw. Pada waktu itu datang kepada Rasulullah utusan
dari Udzroh pada bulan Shafar, tahun kesembilan sebanyak dua belas orang. Di
antaranya Jumroh bin an-Nu’maan. Mereka menyatakan diri memeluk Islam.
Rasulullah saw kemudian menceritakan kepada mereka akan datangnya kemenangan
atas Syam dan diperanginya Hiraklius hingga akhir imperiumnya.
8.
Pengangkatan Usamah
Bin Zaid
Pada bulan
safar Rasulullah mempersiapkan kaum muslimin untuk berperang. Pasukan kaum
muslimin yang berjumlah 3000 ribu dan didalamnya terdapat banyak sahabat.
Rasulullah memerintahkan untuk berangkat ke tanah al-Balqa yang berada di Syam,
persisnya tempat gugur (syahidnya) Zaid bin Haritsah. Keesokan hari, 29 Safar
tahun 11 H atau 24 Mei 632 Rasululllah memanggil Usamah bin Zaid supaya
menghadap beliau. Setelah Usamah menghadap, Nabi mengangkatnya menjadi panglima
perang untuk memimpin pasukan yang akan diberangkatkan itu.
Nabi bersabda,
“Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya bapakmu, injaklah mereka dengan kuda. Aku
menyerahkan pimpinan ini kepadamu, maka perangilah penduduk Ubna pada pagi hari
dan bakarlah (hancur binasakanlah) mereka. Cepatlah kamu berangkat, sebelum
berita ini terdengar oleh mereka. Jika Allah memberi kemenangan kepadamu atas
mereka, janganlah kamu berlama-lama bersama mereka. Bawalah bersamamu
petunjuk-petunjuk jalan dan dahulukanlah mata-matamu.”
Usamah Bin Zaid
adalah sahabat Rasulullah saw yang masih belia usianya. Dikatakan belia karena
usia Usamah ketika diangkat menjadi panglima perang belum mencapai 20 tahun.
Usamah diangkat menjadi panglima perang sudah dalam kondisi menikah dan siap
perang.
9.
Penaklukan Persia
Peristiwa ini
terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada tanggal 14 Safar 16 H atau
17 Maret 637 M. Kaum muslimin dibawah pimpinan Saad bin Abi Waqash memperoleh
kemenangan atas Persia. Sebelumnya kaum muslimin berperang hebat di Qadisiyah (masuk
negara Irak) serta menduduki istananya. Saad Bin waqash sebelumnya sempat
mengalami luka pedang cukup parah akibat pertempuran. Namun pertempuran
berhasil dimenangkan kaum muslimin.
10. Jatuhnya kota Baghdad ke tangan Hulakhu Khan
Kota Baghdad
yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan Daulah Bani Abasiyah sungguh
kehilangan daya. Pada tanggal 9 safar tahun 565 H/ 14 februari 1258 M, tentara
Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad.
Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad betul-betul
tidak berdaya dan tidak mampu membendung tentara Hulughu Khan.Tentara tar tar
ini membantai serta menghancurkan seluruh isi kota Baghdad termasuk produk Ilmu
pengetahuan. Jatuhnya kota Baghdad yang menandakan runtuhnya Daulah Bani Umayah
disebabkan oleh pengkhiantan yang dilakukan oleh al-wazir Umayyiduddien
Muhammad bin al-Alqami ar-tafidhi seorang Syiah Rafidhah.
11. Meninggalnya Pembebas Jerusalem Shalahuddin Al Ayyubi
Pada tanggal 27
Safar 859 atau 15 Februari 1455 Sholahuddin menghembuskan nafas terakhir di
damaskus. Para pengurus jenazah terkaget-kaget karena Sholahuddin tidak
memiliki harta. Ia hanya memiliki kain kafan dan uang senilai 66 dirham
nasirian (mata uang suriah pada waktu itu). Menjelang wafatnya beliau
menyampaikan pesan yang luar biasa “Jangan Tumpahkan Darah, Sebab darah yang
terpecik tak akan pernah tidur”. Beliau meninggalkan penasihat yang merupakan
ulama terkenal yakni Ibnu Qudamah, Ibnu Az-Zaki Asy-Syafi’i, dan Ibnu Naja’
al-Qadiri al Hambali.
Dukung elzeno.id dengan memilih salah satu metode donasi di bawah ini:
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Sebelas Peristiwa Penting di Bulan Safar (Benarkah Haram Menikah di Bulan Syafar?), jangan lupa IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Gabung dalam percakapan