Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Tidak Semua Ilmu Terpuji


Dan sesungguhnya kita diperintah­kan untuk menahan diri, karena manusia lebih tertarik untuk menyandarkan kepada berbagai penyebab, yakni perantara-perantara yang dapat diindra dan yang bersifat khayalan, dan karena adakalanya hal ini membuatnya lalai kepada Yang Menciptakan penye­bab-penyebab itu.

Pada beberapa kajian yang lalu, kita telah mengikuti pembahasan pengarang tentang ilmu, keutama­an­nya, sifat-sifat ulama yang sesungguh­nya, para tokoh ulama, dan hal-hal lain yang terkait dengan ilmu. Pada kajian kali ini, kita masih akan memperhatikan pen­jelasan pengarang tentang masalah yang terkait dengan ilmu. Yaitu, tidak se­mua ilmu itu terpuji. Marilah kita perhati­kan persoalan yang penting ini yang da­pat menjadi pedoman kita dalam menun­tut ilmu.

Pengarang mengatakan:

Yang kami maksudkan dengan itu (yakni ilmu yang tidak terpuji) adalah sihir, rajah, perbintangan, filsafat, dan semacamnya. Terlarangnya sihir dan ra­jah adalah karena keduanya dapat mem­bawa kepada berbagai mudharat. Se­dang­kan perbintangan, karena terdapat larangan mengenainya, sebab Nabi SAW bersabda, “Apabila disebut bin­tang-bintang, tahanlah dirimu.”

Dan sesungguhnya kita diperintah­kan untuk menahan diri, karena manusia lebih tertarik untuk menyandarkan kepada berbagai penyebab, yakni perantara-perantara yang dapat diindra dan yang bersifat khayalan, dan karena adakalanya hal ini membuatnya lalai kepada Yang Menciptakan penye­bab-penyebab itu.

Penjelasan Pengasuh

Tercelanya suatu ilmu dapat dise­bab­kan salah satu dari tiga faktor: Per­tama, karena dapat membahayakan, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Misalnya saja ilmu sihir, yang di antaranya dapat memisahkan suami-istri. Dengan menggunakan sihir, sese­orang dapat mengguna-gunai orang lain, hubungan suami-istri retak, dan kemudi­an membuat sang istri tergila-gila ke­padanya.

Kedua, karena biasanya dapat mem­bahayakan bagi pelakunya (yang mem­pelajarinya), misalnya ilmu nujum. Ilmu nujum bisa membuat seseorang menjadi musyrik. Karena itu, Nabi SAW bersab­da, “Aku mengkhawatirkan umatku se­telah aku tiada pada tiga hal: kesewe­nang-wenangan para imam, percaya ke­pada nujum (dalam hal ini bintang-bin­tang), dan mendustakan takdir.” (Diri­wayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dari hadits Ibn Mihjan dengan sanad dhaif).

Ketiga, menggeluti ilmu yang tidak ber­manfaat, meskipun tidak memba­haya­kan. Ini bukan pada ilmunya, me­lainkan pada pelakunya. Misalnya, mem­pelajari hal-hal yang mendalam dari suatu ilmu sebelum mempelajari hal-hal pokoknya. Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda, “Kita berlindung kepada Allah dari ilmu yang tak bermanfaat.”

Kemudian pengarang melanjutkan penjelasannya:

Sedangkan filsafat dapat membawa kepada hal-hal yang bertentangan de­ngan syari’at.

Tetapi tidak diingkari bahwa ilmu hitung tidak mungkin ditentang dan di­ingkari hasilnya, namun ia dapat menjadi pintu masuk kepada apa yang ada di ba­liknya, maka hendaklah diambil sebatas yang diperlukan saja.

Demikian pula ilmu-ilmu alam menu­rut kebutuhan yang diperlukan, dan ilmu perbintangan pun dapat diambil sebatas untuk mengetahui posisi-posisi (bintang) dan pedoman menentukan arah kiblat.



House Shine Tjah The Row Lord

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Tidak Semua Ilmu Terpuji, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.