Pengertian Takdir Qodho dan Qodar
Pengertian Takdir, Qodho dan Qodar, Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qodho dan Qodar |
Permasalahan mengenai takdir memang begitu rumit karena bukan sekedar membahas tentang ketentuan rizki, jodoh, kaya, miskin, umur panjang atau pendek celaka atau selamat, namun berkaitan juga dengan perbuatan manusia itu sendiri baik berupa kebaikan maupun keburukan, keimanan maupun kekafiran seseorang . Dan yang semuanya itu memiliki korelasi erat dengan sifat sifat Alloh khususnya sifat ilmu, qudrot dan irodat-Nya. Disamping manusia juga diberi sifat qudroh dan irodah (kehendak) untuk memilih, yang kemudian seakan akan ada benturan antara kehendak tuhan dan manusia.
Sebagaimana contoh : Alloh memerintahkan seluruh manusia untuk menyembah kepada-Nya namun pada kenyataanya banyak orang tidak beriman pada Alloh, Seperti kafirnya abu jahal dan lahab. Nah Apakah kafirnya dua orang ini atas dasar pengetahuan dan kehendak (takdir) Alloh atau Bukan..? Kalau termasuk takdir , Mengapa Alloh masih memerintahkan Nabi agar menyeru mereka untuk beriman ,,,?.
Kalau bukan termasuk takdir juga jadi masalah, artinya bahwa Alloh tidak mengetahui kedua orang ini kalau mereka tidak akan beriman..?. Begitu juga terkait perbuatan manusia, seperti mencuri dan lain lain termasuk takdir atau bukan, dan hasilnya termasuk rezki atau bukan...? .
Terkait surga dan neraka yang sudah di tentukan, sehingga kadang timbul pertanyaan buat apa beramal baik, kalau semua sudah di tentukan ...? dan masih banyak lagi.
Dari permasalahan permasalahan yang rumit di atas tentu tidak lepas dari perbedaan pandangan dikalangan para cendekiawan muslim dari golongan Ahlussunnah waljamaah, Qodariyah dan Muktazilah, Maka kita sebagai seorang muslim yang di tuntut Uutuk Mengimani qodho dan qodar baik yang jelek maupun buruk yang mana merupakan syarat mutlak syah dan tidaknya iman seseorang Maka wajib bagi kita memahami dan meyakini sesuai pendapat para ulama dengan dalil dari alquran maupun al-hadist. Namun sebelum memahami lebih jauh tentunya kita pahami dulu pengertian keduanya. Dalam hal ini penulis memaparkan beberapa rumusan masalah, yang terangkum dalam Artikel berikut :
Pengertian Takdir
Pengertian Takdir, Qodho dan qodar Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qodho dan Qodhar ). Iman adalah keyakinan yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Salah satu di antara rukun iman umat Muslim adalah iman kepada qodo dan qodar. Jika kita melihat menurut bahasa, qodo artinya adalah Ketetapan.
Qodho artinya ketetapan Alloh SWT kepada setiap makhluk-Nya yang bersifat Azali.
Azali artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnnya keberadaan atau kelahiran makhluk, sedangkan qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.
Sementara itu, qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentukan sebelumnya. Qada dan qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
Berikut Rincian pengertian Takdir (Qodho dan qodhar)
- Apa Pengertian qadho dan qadar..?
- Bagaimana beriman secara benar terhadap qodho dan qodhar.
Definisi Takdir, Qodho dan Qodar
Qodho secara bahasa bermakna menghukumi,menjelaskan atau mengerjakan. sedangkan secara istilah adalah kehendak Alloh SWT terhadap sesuatu pada zaman Azali yang sesuai dengan apa yang akan terjadi dan tidak akan pernah berubah.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً
"Yang kepunyaa-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai Anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya, Dan Dia yang menciptakan Segala sesuatu lalu, Dia menetapkan atas Qadar(ketetapan) dengan sempurna- sesempurnanya". (Q.S. Al-furqon : 2)
Sedangkan Takdir atau Qodar secara bahasa berasal dari kata qodartu asy syaia' idza ahathu bi miqdarihi (aku memastikan sesuatu ketika aku melihat kadarnya). dan secara istilah yaitu merealisasikan sesuatu dengan apa yang telah di kehendaki-Nya pada zaman Azali (sebelum terciptanya makhluk).
Para ulama telah berselisih pendapat tentang pengertian Qodho dan Qodar.
Menurut Asya'iroh
Menurut Golongan Asya'iroh, pengertian Qodho adalah kehendak Alloh terhadap sesuatu di zaman azali sesuai dengan kenyataan sesuatu tersebut di zaman bukan azali. Sedangkan pengertian Qodar menurut mereka adalah bahwa Alloh mewujudkan sesuatu sesuai dengan kadar tertentu yang sesuai dengan kehendak. Dengan demikian, kehendak Alloh di zaman azali yang berhubungan dengan kamu semisal : bahwa Kamu akan menjadi orang yang berilmu adalah contoh Qadha. Nah, seedangkan Alloh mewujudkan ilmu dalam dirimu setelah kamu diwujudkan sesuai dengan kehendaknya adalah contoh Qadhar.
Menurut Maturidiyah
Adapun menurut Golongan Maturidiyah maka pengertian Qodho adalah bahwa Alloh mewujudkan sesuatu di sertai menambahkan penyempurnaan yang sesuai dengan pengetahuan-Nya, maksudnya pembatasan dari Alloh di zaman Azali terhadap setiap makhluk dengan batasan yang ditemukan pada setiap makhluk itu yaitu berupa batasan baik, buruk, bermanfaat, berbahaya dan lain-lain, maksudnya pengetahuan Alloh di zaman azali terhadap sifat sifat makhluk. Ada yang mengatakan juga bahwa, pengertian Qodho adalah pengetahuan Alloh yang azali terhadap sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang di ketahui. Sesangkan pengertian qodar menurut mereka adalah, bahwa Alloh mewujudkan sesuatu sesuai dengan pengetahuan itu.
Dengan demikian, pengetahuan Alloh di zaman azali tentang seseorang akan menjadi orang berilmu setelah ia di wujudkan adalah contoh qodho. Sedangkan allah mewujudkan ilmu pada dirinya setelah ia di wujudkan adalah contoh Qodar. Pendapat ini dan pendapat asyairoh adalah pendapat yang masyhur. [lihat syekh Nawawi Al- Bantani Kasifatussaja, hal 12 cetakan haromain].
Dari definisi diatas, secara sederhana dapat di pahami bahwa qodho adalah perencanaan atau Rancangan di zaman Azali sedangkan Qodar adalah Perealisasian atau pelaksanaan Dari pada qodho. Maka sebagai seorang muslim Wajib meyakini bahwa segala yang terjadi di Alam semesta ini baik yang menimpa dirinya ataupun orang lain adalah atas pengetahuan (ilmillah kekuasaan (qudroh) dan kehendak (irodah) Alloh SWT.
Menurut penulis pembagian istilah qodho dan qodar hanya untuk mempermudah pemahaman saja sebenarnya artinya bahwa keduanya sama sama ketentuan Alloh. Karena sebenarnya kerancauan dalam memahami takdir yang seakan akan saling bertolak belakang sebenarnya timbul karena mencampur adukkan antara takdir persepektif Alloh, malaikat dan takdir perspektif manusia. seperti permasalahan mengenai takdir bisa berubah atau tidak..? tidak bisa berubah menurut perspektif Allah, namun bisa berubah dalam perspektif makhluknya dalam hal ini malaikat dan manusia. semilal anda di takdirkan berumur 50 tahun, tentu itu di ketahui malaikat izroil, ternyata karena anda memperbanyak silaturrohim serta doa Alloh merubah dengan dengan menambahkan umur anda menjadi 70 tahun. Nah perubahan dari 60 menjadi 70 tahun. Dalam contoh kasus ini, menurut perspektif Alloh tidak berubah artinya perubahan itu sendiri atas dasar ketetapan Alloh dan Alloh mengetahui pada zaman azali. sedangan perspektif malaikat adalah berubah.
Pembagian Takdir
Syarah Arbain Nawawi membagi Takdir menjadi empat [lihat syarah arbain nawawi karya imam Nawawi, halaman 16 cetakan ibnu sholihin]:
Takdir Fi Ilmi
Pertama takdir fi ilmi. Merupakan takdir yang telah di tentukan dalam ilmunya Alloh (pengetahuan) qudroh, kekuasaan dan irodah. artinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di Alam semesta ini tidak lepas dari pengetahuan, kekuasaan dan kehendak-Nya sejak zaman azali atau sebelum penciptaan makhluk Yang di istilahkan juga dengan qodho. Dasar pembagian takdir ini adalah adanya ungkapan "inayah qoblal wilayah" (pertolongan Alloh kepada hambanya telah di tentukan sebelum ia memiliki) "sa'adah qoblal wiladah" (beruntung sebelum di lahirkan) wal lawahik mabniyatun ala sawabiq (hal hal yang mengikuti itu adalah hal yang telah di tentukan sebelumnya) dan juga berdasarkan firman Alloh dalam surat adz-Dzariyat ayat 9:
يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ
"Di Palingkan darinya (Rosul dan Al-Quran) orang yang telah di palingkan".
Maksudnya orang yang berpaling dari alquran dan rasul ketika di dunia adalah mereka yang telah di palingkan sejak zaman qidam (dahulu). dan berdasarkan hadist nabi SAW la yahlikullohu illa halikan "Alloh tidak akan membinasakan orang yang telah ditetapkan bisana". Maksudnya adalah orang orang yang Alloh telah tentukan sesungguhnya mereka binasa. Dan masih banyak dalil-dalil dari al-qur'an maupun hasit yang berkaita, diantaranya adalah ayat berikut tafsir karya Ibnu katsir:
Al-Qur'an surat Al-Qomar Ayat 49 dan al-Qur'an surat Al-A'la:
(٤٩) إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa dalam kesesatan di dunia dan dalam neraka ingatlah pada hari mereka di seret ke neraka pada wajahnya di katakan pada mereka rasakanlah sentuhan api neraka sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
(Al-furqon 2)
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرً
"Dia menetapkan atas Qodar (ketetapan) dengan sempurna-sesempurnanya". (Q.S. Al-furqon : 2)
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى. الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى. وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
Yakni Alloh telah menentukan ukuran masing masing makhluknya dan memberi petunjuk kepada semua makhluknya. karena itulah maka para ulama dari kalangan ahlussunnah menyimpulkan dari dalil ayat ini yang membuktikan akan kebenaran dari takdir Alloh yang terdahulu terhadap makhluknya. yaitu pengetahuan Alloh SWT. akan segala sesuatu sebelum kejadianya dan ketetapan takdirnya terhadap mereka sebelum mereka di ciptakan olehnya. dan dengan ayat ini serta ayat ayat lainya,yang semakna, juga hadis hadist yang shahih, kalangan ahlussunnah membantah pendapat golongan qodariyah, yaitu suatu golongan yang muncul di penghujung masa para sahabat. Kami telah membicarakan hal ini dengan rinci berikut semua hadist yang berkaitan denganya didalam syarah kitabul iman, bagian dari syarah imam bukhori. berikut ini kami akan mengetengahkan sebagian hadis hadis yang berkaitan dengan ayat yang mulia ini. [lihat tafsir ibnu katsir].
Takdir Fi Lauhul Mahfudz
Kedua takdir fi lauhul makhfud. Sebuah takdir yang ditetapkan atau di tulis di lauhul makfudz, takdir ini masih memungkinkan bisa berubah, sesuai dengan firman Alloh dalam surat Ar-Ro'du ayat 39.
"Alloh menghapus dan menerapkan apa yang dia kehendaki ..... Alloh yang maha bijaksana menghapus hukum yang layak untuk di hapus dan menetapkan apa hukum yang dia kehendaki untuk di tetapkan".
Dan sesuai dengan doa ibnu umar, ibu umar berkata dalam doanya :
اللهم إن كنت كـتبتـني شقيا فامحني, وكـتـبني سعيدا
"Ya tuhanku ,jika engkau menetapkan padaku orang yang celaka maka hapuslah dan tetapkanlah bagiku orang yang beruntung".
"Dan pada sisi Alloh-lah kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan, dan tidak ada sehelai daunpun yang yang gugur melainkan ia mengetahuinya pula.dan tidak jatuh sebutir biji pun, dalam kegelapan bumi,dan tidak sesuatu yang basah dan kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfudz). QS. al An'am 59."
Namun perlu di pahami bahwa perubahan yang dimaksud adalah menurut perspektif malaikat.
Takdir Fi Rohmi
Ketiga Takdir fi rahmi. Takdir firrahmi merupakan ketetapan Alloh pada waktu di tiupkanya ruh manusia di dalam kandungan umur empat bulan. Segala ketetapan yang telah di tetapkan pada saat dalam kandungan karena malaikat di perintahkan Alloh supaya menulis tentang rizki ajal, celaka, bahagia.
عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: حدثنا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وهو الصادق المصدوق إن أحدكم مجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة، ثم يكون علقة مثل ذلك، ثم يكون مضغة مثل ذلك، ثم يرسل الله إليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد. فوالذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها. وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها".
رواه البخاري ومسلم
[الطوفي، التعيين في شرح الأربعين، ٨٣/
Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaanya dalam perut ibunya selama 40 hari, dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian seorang malaikat di utus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya dan diperintahkan dengan empat kalimat : menuliskan ajalnya ,rizkinya, amalnya celaka atau bahagia. Demi dzat tiada tuhan selainya sesungguhnya ada salah seseorang dari kalian yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta tapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga sehingga ahirnya dia masuk neraka dan dan sesungguhnya ada salah satu seseorang ada salah satu dari kalian yang beramal dengan amal ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka tinggal satu hasta tapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga sehingga ahirnya dia masuk surga HR.Bukhori No.3208 dan Muslim No.2643.
Takdir Sauqul Maqodir Ila Mawaqit
Keempat takdir sauqul maqodir ila mawaqit. Dan Alloh menciptakan baik dan buruk dan menentukan kedatangnya pada seorang hamba di waktu yang telah di ketahui. dan ini mungkin untuk bisa dihindari. Sedangakan dalil bahwa allah menciptakan baik dan buruk adalah surat al- qomar ayat 47-49. dan surat al falak.
Mengenai Pembagian qodho menjadi mubrom ada muallaq tampak itu tampak pada lauhul makhfudz. adapun dari sisi ilmu Alloh semua putusan itu bersifat mubrom, karena ketika Alloh mengetahui datangnya putusan muallaq, maka hasilah muallaq tersebut, dan tidak boleh tidak ketika Alloh mengetahui ketiadaan putusan muallaq, maka tiadalah muallaq tersebut. tetapi manusia tiada jalan lain, seorang tidak boleh meninggalkan doa hanya karena bersandar pada putusan qodho tersebut, sebagaiman larangan seseorang meninggalkan makan karena bersandar pada putusan Alloh.
Pandangan Ahlussunah Wal Jamaah
Pandangan Ahlusunnah Wal jama'ah tentang Takdir Manusia:
ومذهب أهل السنة والجماعة وسط بين المذهبين يثبتون القدر، وأن الله خلق العباد، وأفعال العباد، والعباد أيضاً لهم مشيئة وإرادة، لكنها تابعة لمشيئة الله وإرادته، وأنهم أعطوا من حرية الاختيار ما يكفي، ويقيم الحجة للمطيع بالثواب والعاصي بالعقاب
[عبد الكريم الخضير، شرح الأربعين النووية - عبد الكريم الخضير، ٢٥/٣
"Madhab Ahlusunnah wal jama'ah berada pada posisi tengah antara dua madhab (qodariyah dan jabariyyah). dan sesungguhnya Alloh yang menciptakan makhluk, perbuatan makhluk, dan semua hamba memiliki kendali dan kehendak, akan tetapi tetap mengikuti pada kehendak Alloh, mereka diberi kebebasan memilih secukupnya.
Imam kurtubi berkata pendapat ahli sunah mengatakan dan menyakini bahwa Alloh SWT telah mentakdirkan segala sesuatu maksudnya Alloh mengetahui ketetapan keadaan, zaman dan zaman sebelum terwujudnya segala sesuatu kemudian Alloh mewujudkan segala sesuatu yang telah Alloh ketahui di dalam ilmunya tidak lah Alloh menciptaka sesuatu yang baru di alam semesta ini kecuali apa yang telah keluar dari ilmu Alloh kekuasaan dan kehendaknya Alloh dan mahluk.
Makna Iman Terhadap Takdir
Makna beriman terhadap Qodho dan Qodar. Bahwa sesuatu yang kita jalani dalam kehidupan, termasuk amalan hati yaitu Mengimani sesuatu, memiliki Makna dan Makna Beriman Terhadap Takdir Alloh, Qadha dan Qodar-Nya, Menurut alfasyani yaitu:
Meyakini bahwa Alloh telah menetapkan baik dan buruk, sebelum menciptakan makhluk dan bahwa segala sesuatu yang ada merupakan qodho dan qodarnya Alloh Dialah dat yang maha menghendaki. hal ini di cukupkan meyakini secara mantap tanpa harus mengetahui dalilnya.
Sedangkan menurut sayyid abdulloh adalah :
وَفِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ: "اسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ أَمْرٌ فَقُلْ: قَدَّرُ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، وَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ لَكَانَ كَذَا، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Mohonlah pertolongan kepada Alloh dan janganlah kau lemah. jika kamu tertimpa suatu perkara, maka katakanlah, Alloh telah menakdirkannya apa yang di kehendaki pasti terjadi. dan janganlah kamu mengatakan bahwa seandainya aku melakukan anu, niscaya hal ini tidak terjadi. karena sesungguhnya LAU mengandai andai membuka pintu masuk bagi perbuatan syaitan.
Kewajiban Iman dengan Takdir
Kewajiban beriman pada takdir ada ada dua derajat:
- Beriman atau meyakini bahwa Alloh telah lebih dahulu mengetahui sejak zaman azali (qidam) terhadap sesuatu yang akan dilakukan hambanya baik dari kebaikan, kejelekan, kemaksiatan maupun ketaatan. pengetahuan Alloh ini sebelum adanya makhluk dan adanya pekerjaan makhluk. mengetahui siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka. Dan Alloh pun sudah menetapkan pahala maupun siksa sebagai balasan atas perbuatan hamba hambanya sebelum menciptakan hambanya. Karena sesungguhnya Alloh telah menulis semua ketetapanya.
- Beriman bahwa Alloh-lah yang telah menciptakan semua perbuatan para hambanya, baik kekafiran maupun keimanan, ketaatan maupun kemaksiatan. Apapun yang dilakukan hambanya merupakan campurtangan Alloh dan atas kehendak Alloh.
Namun meskipun demikian, tidaklah di perbolehkan menjadikan Qodho dan Qodar sebagai alasan untuk pasrah tanpa ikhtiyar melakukan sesuatu. Seseorang yang dalam keadaan kehausan tidak boleh meninggalkan minum dengan alasan rasa haus tersebut merupakan takdir allah swt; dan jika allah swt berkehendak menghilangkannya, maka rasa haus tersebut akan hilang dengan sendiri atas kehendak-Nya. Dan juga orang yang tidak mau berkerja, tidak mau belajar, tidak mau beribadah dengan dalih bahwa itu merupakan takdir yang telah digariskan atasnya, merupakan tindakan yang tidak bisa di benarkan. karena mengimani takdir tidak berarti dia boleh melepaskan diri dari ketentuan syariat dan sunnatulloh.
Kesimpulan
Takdir merupakan konsep hidup dalam rukun iman ke 6 yang menjadikan dasar berpeganganya orang muslim dan menjadi pondasi, takdir adalah qodhar dan ukuran yakni ukuran batasan kemampuan yang di berikan Alloh kepada manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia percaya pada takdir yang baik dan buruk adalah sesuatu kewajiban.
Disamping itu, juga tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk menjadikan takdir sebagai pembenaran atas tindakannya yang melanggar syari'at dengan tujuan agar ia terhindar dari hukuman [had], seperti seorang yang telah melakukan perbuatan zina-na'udzu billahi min dzalik-kemudian ia berkata;''apa yang telah aku lakukan ini adalah atas kehendak allah swt,maka aku tidak berhak mendapat hukuman atasnya''.alasan semacam ini tidak di terima karena ia tidak tahu bahwa perbuatan yang ia lakukan telah ditakdirkan oleh allah swt pada zaman azali, dan perbuatan tersebut tidak lain hanya menuruti hawa nafsunya serta kecerobohan dalam melanggar hukum syariat. sehingga atas keberanianya tersebut ia berhak mendapatkan hukuman.
Kecuali ketika pembenaran tersebut, bertujuan untuk menghindari celaan atau cacian orang lain. Seperti seorang pencuri, ketika tertangkap kemudian orang orang mencaci makinya latlu ia berdalih bahwa itu merupakan takdir Allah swt, agar ia terhindar dari cacian.maka hal ini diperbolehkan oleh syariat dengan bertendensi pada perkataan Nabi Adam as ketika dicela oleh Nabi Musa tentang perbuatannya memakan buah surga, sehimgga ia dan istrinya diturunkan ke bumi; mengapa engkau mencela perbuatanku. padahal itu telah di takdirkan oleh Alloh SWT lima puluh ribu tahun sebelum ia menciptakan langit dan bumi.
Dan seseorang yang berdiam diri ketika melihat kemungkaran karena menganggapnya sebagai takdir Alloh SWT, merupakan kebodohan yang nyata, sebab antara menolak kemungkaran dan ridha terhadap takdir bukanlah hal yang bertentangan. Karena sebuah pertentangan hanya akan terjadi pada satu hal, satu titik dan satu sudut pandang. Sedangkan dalam kemungkaran yang dilakukan, bisa di pandang dari dua sisi yang berbeda. pertama, dari sisi itu merupakan kehendak dan takdir Alloh SWT, sehingga rela terhadapnya merupakan bentuk keimanam terhadap takdir. kedua dari sisi, perbuataan tersebut merupakan maksiat yang dilakukan atas kehendak manusia itu sendiri, maka dari sudut pandang ini harus menolak kemungkaran yang terjadi.
Hikmah Iman Kepada Takdir
Hikmah Beriman kepada Qodho dan Qadar:
Contoh dari beberapa Hikmah yang akan kita dapatkan dari implementasi Keimanan terhadap Takdir Qodho dan Qodhar.
- Mendorong pada sikap yang seimbang antara optimisme dan tawakkal.
Dua hal ini akan berjalan dengan baik dan seimbang jika kita percara dengan adanya qadha dan qadar Allah SWT.
Melatih diri untuk lebih bersyukur dan bersabar kepada Alloh SWT.
Misalnya: ketika tertimpa musibah, sikap orang akan berbeda. Ada yang tabah, ada yang sedih dan tidak terima. Orang yang beriman dengan takdir, ia akan bersabar dan tetap bersyukur karena ia memahami bahwa semua ini tidak lepas dari ketentuan Alloh SWT.
- Mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
Orang yang percara pada takdir Alloh SWT, pasti dia merasa bahwa semua yang menimpanya adalah bagian dari karunia Alloh SWT. Karena itu, semua kejadian yang dialaminya kian mendekatnya dirinya kepada Alloh SWT.
- Melatih seseorang menjadi orang yang giat berusaha, optimis, dan tidak cepat putus asa.
Orang yang giat berusaha, optimis, dan tidak putus asa karena percaya atas takdir Alloh.
- Menghindarkan dari sifat sombong.
Orang yang percara takdir Alloh SWT pasti tidak akan sombong, Karena ia memahami bahwa semua yang dimiliki adalah bersumber dari Alloh SWT. Jadi, apa yang perlu dibanggakan dan disombong-sombongkan?
- Dapat menenangkan jiwa.
Banyak orang yang gelisah karena dia mendapatkan masalah. Ia terjadi sebab mereka tidak menyadari bahwa yang memberikan masalah.
Referensi
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً أي أوجد كل شيء مما سواه، وأحدثه إحداثا راعى فيه التقدير بقدر معين والتسوية بشكل محدد، وهيأه لما يصلح له من الخصائص والأفعال اللائقة به، فالإنسان مثلا خلقه الله بشكل مقدر مسوّى في أحسن تقويم، وأوجد فيه من الحواس والطاقات والإمكانات للإدراك والفهم، والنظر والتدبير، واستنباط الصنائع، ومزاولة الأعمال المختلفة، وكذلك الحيوان والجماد جاء به على خلقة مستوية مقدرة، مطابقة لما يراه من الحكمة والمصلحة والتدبير، ولما قدر له غير منافر أو متجاف عنه. والخلاصة: أنه قدر كل شيء مما خلق بحكمته على ما أراد.
[وهبة الزحيلي، التفسير المنير للزحيلي، ١١/١٩]
وَقَوْلُهُ: {إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ} ، كَقَوْلِهِ: {وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا} [الْفُرْقَانِ:2] وَكَقَوْلِهِ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى. الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى. وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى} [الْأَعْلَى:1-3] أَيْ: قَدَّرَ قَدَرًا، وَهَدَى الْخَلَائِقَ إِلَيْهِ؛ وَلِهَذَا يَسْتَدِلُّ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ أئمةُ السُّنَّةِ عَلَى إِثْبَاتِ قَدَر اللَّهِ السَّابِقِ لِخَلْقِهِ، وَهُوَ عِلْمُهُ الْأَشْيَاءَ قَبْلَ كَوْنِهَا وَكِتَابَتُهُ لَهَا قَبْلَ بُرْئِهَا، وَرَدُّوا بِهَذِهِ الْآيَةِ وَبِمَا (2) شَاكَلَهَا مِنَ الْآيَاتِ، وَمَا وَرَدَ فِي مَعْنَاهَا مِنَ الْأَحَادِيثِ الثَّابِتَاتِ عَلَى الفرْقة القَدرية الَّذِينَ نَبَغُوا (3) فِي أَوَاخِرِ عَصْرِ الصَّحَابَةِ. وَقَدْ تَكَلَّمْنَا عَلَى هَذَا الْمَقَامِ مُفَصَّلًا وَمَا وَرَدَ فِيهِ مِنَ الْأَحَادِيثِ فِي شَرْحِ "كِتَابِ الْإِيمَانِ" مِنْ "صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ" رَحِمَهُ اللَّهُ، وَلْنَذْكُرْ هَاهُنَا الْأَحَادِيثَ الْمُتَعَلِّقَةَ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ:
[ابن كثير، تفسير ابن كثير ت سلامة، ٤٨٢/٧]
بَابُ ذِكْرِ الْبَيَانِ أَنَّ اللَّهَ جَلَّ ثَنَاؤُهُ قَدَّرَ الْمَقَادِيرَ كُلَّهَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ} [القمر: 49]
، فَأَخْبَرَ أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ إِنَّمَا هُوَ بِحَسْبِ مَا قَدَّرَهُ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَهُ، فَجَرَى الْخَلْقُ عَلَى مَا قَدَّرَ، وَجَرَى الْقَدَرُ عَلَى مَا عَلِمَ. وَالْقَدْرُ بِتَسْكِينِ الدَّالِ هُوَ: الْفِعْلُ وَهُوَ: التَّقْدِيرُ، وَالْقَدَرُ بِتَحْرِيكِ الدَّالِ هُوَ: الْمَقْدُورُ
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١٠٨]:
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «قَدَّرَ اللَّهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَرَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١٠٩]
Maksudnya: Allah telah menetapkan semua takdir sebelum allah menciptakan langit dan bumi dengan jarak lima puluh ribu tahun.
(Referensi dari beberapa himpunan kitab)
يصرف عن الإيمان بالقرآن والرسول من صرف عنه في سابق علم الله تعالى، وقضائه السابق، لعلمه بأنه ضال في نفسه.
[وهبة الزحيلي، التفسير المنير للزحيلي، ١٢/٢٧]
بَابُ ذِكْرِ الْبَيَانِ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ الْمَقَادِيرَ كُلَّهَا فِي الذِّكْرِ وَهُوَ الْمُرَادُ بِتَقْدِيرِ الْمَقَادِيرِ عَلَى مَا لَمْ يَزَلْ بِهِ عَالِمًا، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ} [يس: 12] ، وَقَالَ: {مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا} [الحديد: 22] ، وَقَالَ: {وَإِنْ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا} [الإسراء: 58] ، وَقَالَ: {وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ} [الأنبياء: 105]
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١
ﻭﺟﻮﺏ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﺎﻟﻘﺪﺭ، ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺩﺭﺟﺘﻴﻦ ﺇﺣﺪاﻫﻤﺎ _ اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﺄﻥ اﻟﻠﻪ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﻋﻠﻤﻪ ﻣﺎ ﻳﻌﻠﻤﻪ اﻟﻌﺒﺎﺩ ﻣﻦ ﺧﻴﺮ ﻭﺷﺮ ﻭﻃﺎﻋﺔ ﻭﻣﻌﺼﻴﺔ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻬﻢ ﻭﺇﻳﺠﺎﺩﻫﻢ، ﻭﻣﻦ ﻫﻮ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺠﻨﺔ، ﻭﻣﻦ ﻫﻮ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﻨﺎﺭ، ﻭﺃﻋﺪ ﻟﻬﻢ اﻟﺜﻮاﺏ ﻭاﻟﻌﻘﺎﺏ ﺟﺰاء ﻷﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻘﻬﻢ ﻭﺗﻜﻮﻳﻨﻬﻢ ﻭﺃﻧﻪ ﻛﺘﺐ ﺫﻟﻚ ﻋﻨﺪﻩ ﻭﺃﺣﺼﺎﻩ. اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ _ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺃﻓﻌﺎﻝ اﻟﻌﺒﺎﺩ ﻛﻠﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﻜﻔﺮ ﻭاﻹﻳﻤﺎﻥ ﻭاﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭاﻟﻌﺼﻴﺎﻥ. ﻭﺷﺎءﻫﺎ ﻣﻨﻬﻢ، ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻳﺤﺘﺞ ﺑﻪ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺎﺻﻲ
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «قَدَّرَ اللَّهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَرَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ
[البيهقي، أبو بكر، القضاء والقدر للبيهقي، صفحة ١٠٩]
ﻭﺗﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻘﺪﺭ ﺧﻴﺮﻩ ﻭﺷﺮﻩ: ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻢ ﻣﻘﺎﺩﻳﺮ اﻷﺷﻴﺎء ﻭﺃﺯﻣﺎﻧﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺇﻳﺠﺎﺩﻫﺎ، ﺛﻢ ﺃﻭﺟﺪ ﻣﺎ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﻋﻤﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻮﺟﺪ، ﻓﻜﻞ ﻣﺤﺪﺙ ﺻﺎﺩﺭ ﻋﻦ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﻗﺪﺭﺗﻪ ﻭﺇﺭاﺩﺗﻪ، ﺧﻴﺮا ﻛﺎﻥ ﺃﻭ ﺷﺮا , ﻭﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﻣﺎ ﺃﺻﺎﺑﻚ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻴﺨﻄﺌﻚ، ﻭﻣﺎ ﺃﺧﻄﺌﻚ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻴﺼﻴﺒﻚ
(ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح، ويأمر بأربع كلمات: بكتب رزقه)) ((رزقه)) المكتوب له، المقدر له من ولادته إلى وفاته، وهو رزق سواء كان من طريق حلال، أو من طريق حرام هو رزق، خلافاً للمعتزلة الذين يقولون: إن كسب الحرام ليس برزق، على هذا لو أن السُراق سرقوا طفلاً، وأعاشوه من السرقات إلى أن مات هذا ما استوفى من رزقه شيء عند المعتزلة؛ لأن رزق الحرام ليس برزق، وعند أهل السنة هو زرق سواء كان حلالاً أو حراماً هذا المكتوب له، والآثار المترتبة على الحلال والحرام هذه أمور أخرى
(بكتب رزقه)) الآن رزقه مكتوب، وعليه أن يبذل السبب لأجل تحصيل هذا الرزق، قد يقول قائل: ما دام الرزق مكتوب لماذا أتعب ؟ ((اعملوا فكل ميسر لما خلق له))، ((ولو توكلتم على الله حق التوكل لرزقكم كما يرزق الطير، تغدوا خماصاً، وتروح بطاناً)) ما قال كما يرزق الطير تجلس في عشها، ويأتيها رزقها لا تبذل السبب، فالمخلوق المسلم مطالب ببذل السبب، والسماء لا تمطر ذهباً، ولا فضة، وليس في هذا معارضة للكتاب -لكتابة الزرق-، أنت مكتوب عليك أن تسعى، ومكتوب لك أن ترزق، رزقك محدود لن يفوتك شيء منه، لن تموت حتى تستكمل هذا الرزق، لكن مع ذلك ابذل السبب بكتب رزقه وأجله، أجل محدد لا يزيد.ولا ينقص.
فلان رزقه كذا، وأجله كذا ستون سبعون سنة، خمسون ثلاثون مائة مكتوب مفروغ منه، قد يقول قائل: ما دام أجلي مكتوب، ولن أموت قبل يومي كما يقول الناس، صحيح لن يموت قبل يومه لماذا لا يغامر، ويلقي بنفسه إلى مواضع الهلكة ما دام الأجل مكتوب، كان لمائة سنة ما هو بميت قبل مائة سنة، ولو دخل تحت سيارة؟ ألا يمكن أن يقال مثل هذا، يمكن مثل الزرق، قال: ما دام محدد والله أنا بأجلس بالفراش إلى أن يجي ها المكتوب نقول هذا ليس بصحيح، أنت مأمور بالسعي، مأمور بالسبب والسماء لا تمطر ذهب ولا فضة، والمسبب مرتب على السبب، وأيضاً الأجل مكتوب وحرام عليك أن تلقي بنفسك إلى التهلكة؛ لأن نفسك لا تملكها أنت فعليك أن تبذل أسباب الوقاية، وتدفع أسباب التلف؛ لأن هذه النفس أن مؤتمن عليها، ولن يتغير عما في علم الله شيء سواء فعلت أو لم تفعل، لن يتغير شيء، لكنك أنت مأمور أمر تكليف أن تبذل السبب، وإن كان السبب في أصله حكم وضعي، أمرك به تكليف ووقوعه منك حكم وضعي عشان ما نخلط بين الأمور.
[عبد الكريم الخضير، شرح الأربعين النووية - عبد الكريم الخضير، ١٨/٤]
: ((وتؤمن بالقدر خيره وشره))، ((تؤمن بالقدر)) الإيمان بالقدر ركن من أركان الإيمان لا يصح إلا به، وأنكره طوائف من أهل الزيغ والضلال، وحصل إنكاره قديماً في عهد الصحابة لما جاء إلى ابن عمر أناس قال: إنهم أو في جهتهم قوم أهل عمل، ويتقفرون العلم، لهم عناية بالعلم والعمل، ومع ذلك يقولون: بأن الأمر أنف يعني مستأنف -ينفون القدر- فقال: ابن عمر كما في صحيح مسلم أخبرهم أنني بري منهم، وأنهم برآء مني، ولو كان لهم أمثال الجبال من ذهب وأنفقوها لم يقبل منهم حتى يؤمنوا بالقدر، فالإيمان بالقدر ركن كما في هذا الحديث، وفي غيره من الآيات والأحاديث، أركان الإيمان مذكورة ولا بد من الإيمان بالقدر خيره وشره، وأن الكل من عند الله -جل وعلا- وأنه بتقديره وبعلمه وكتابته ومشيئته وإيجاده كل حصل بتقدير الله -جل وعلا- وقضائه.
[عبد الكريم الخضير، شرح الأربعين النووية - عبد الكريم الخضير، ٢٤/٣]
Catatan
Dari pengertian tentang Takdir, qodho dan qodar di atas bersumber dari referensi Beberapa Kitab dan Ayat-ayat yang terkandung dalam Alquran.
Pengertian qodho dan qodar menurut Al-Quran yang dihimpun dari berbagai ayat yaitu:
Arti Qodho
Qodho diartikan pada sejumlah istilah dalam Al-Quran, berikut di antaranya:
- Qodho berarti hukum atau keputusan terdapat (Q.S. Surat An- Nisa' ayat 65).
- Qodho berarti mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Surat Fussilat ayat 12).
- Qodho berarti kehendak (Q.S. Surat Ali Imron ayat 47).
- Qodho berarti perintah (Q.S. Surat Al- Isra' ayat 23)
Arti Qodar
Qodar diartikan pada sejumlah istilah dalam Al-Quran, berikut di antaranya:
- Qodho berarti hukum atau keputusan terdapat (Q.S. Surat An- Nisa' ayat 65).
- Qodho berarti mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Surat Fussilat ayat 12).
- Qodho berarti kehendak (Q.S. Surat Ali Imron ayat 47).
- Qodho berarti perintah (Q.S. Surat Al- Isra' ayat 23)
Demikian kajian tentang Pengertian Takdir, Qodha dan qadhar (Makna dan Hikmah Beriman Terhadap Qadha dan Qadhar) semoga bermanfaat dan setelah membaca, belajar bersama semoga akan memperkuat ke-Imanan kita.
Aamiin ya robbal alaamiin.
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Pengertian Takdir Qodho dan Qodar, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Gabung dalam percakapan