Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Kisah Seorang Ayah Dan Anak Yang Berebut Surga


Kisah Seorang Ayah Dan Anak Yang Berebut Surga

Tatkala Perang Badar tiba, sahabat yang mulia yang bernama Khutsaimah bin Harits mengadakan undian bersama putranya yang bernama Sa’ad untuk menentukan siapakah di antara keduanya yang akan keluar untuk jihad dan siapa yang tetap tinggal di rumah untuk menjaga para wanita.

Ternyata undian diraih oleh putranya Sa’ad, maka ayahnya berkata kepadanya: “Wahai anakku relakanlah hari ini agar ayah yang keluar untuk berjihad, biarkanlah engkau yang mengurusi para wanita“. Sa’ad berkata “Demi Alloh wahai ayahku seandainya saja bukan karena masalah syurga, niscaya akan aku berikan padamu (kesempatan ini), tetapi ini adalah syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, saya tidak akan memberikan bagianku kepada seorang pun“. Akhirnya Sa’ad keluar untuk Perang Badar dan gugur di dalamnya, sedangkan ayahnya pun selalu berharap setelah itu, sehingga beliau pun juga gugur dalam perang Uhud. Semoga Alloh meridhoi mereka semua.

( Sumber : Al–Ishobah Ibnu Hajar)

Mutiara Kisah :

1. Mengenal lebih dekat sahabat yang mulia Sa’ad bersama ayahandanya yang bernama Khutsaimah bin Harits.

2. Keutamaan Sa’ad dan ayahnya Khutsaimah

3. Keutamaan mati syahid

4. Tidak ada balasan bagi orang yang mati syahid kecuali syurga

5. Para sahabat mereka adalah orang yang berlomba-lomba diatas kebaikan

6. Kehidupan didunia adalah kehidupan yang sementara,negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal.

7. Hendaknya antara orang tua dan anak berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan.

Sumber : Kisah-kisah Keteladanan, Kepahlawanan, Kejujuran, Kesabaran, Menggugah, serta Penuh dengan Hikmah dan Pelajaran Sepanjang Masa. Penerbit : Maktabah At-Thufail, Panciro-Gowa (Makassar-Sulsel).

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kisah Seorang Ayah Dan Anak Yang Berebut Surga, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.