Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Sayyid Awud Bin Husain Bin Yahya (Mbah Blawong)

Biografi dan Silsilah serta Sejarah Sayyid Awud bin Husain bin Yahya / Mbah Blawong / Mbah Arjodwiryo / Raden Gondo Kusumo / Mbah Kyai Wiroto
Silsilah Sayyid Awud Bin Husain Bin Yahya (Mbah Blawong)

Biografi (Manaqib) Sayyid Awud bin Husain bin Yahya

Sayyid Awud adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW yang kegenerasi 34 setelah melihat silsilah beliau atau nasab dari Nabi Muhammad SAW yang dari arah Sayyidah Fatimah Azzahro Batul dan di peristri oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib Karomahullohu Wajhah.

Sayyid Awud di lahirkan di desa Wirodeso dari seorang ibu yang bernama Raden Ajeng Ayu, beliau adalah putri dari Bupati Batang yang bernama RT. Jayeng Rono atau Bupati Wiroto, Belau juga kakak dari Bupati Batang yang bernama RT. Sido Rawuh, ayah dari R Muhammad Isa  atau [Mbah Batang] yang pada waktu itu beliau wafat di Kec Kaliwiro dan di makamkan di Kaliwiro. Maka Sayyid Awud dengan R. Muhammad Isa adalah sepupu.

Ayah Sayyid Awud adalah Sayyid Syarif Husain Yahya yang pada waktu itu beliau mengasuh salah satu pondok pesantren di Kec Wirodeso, beliau juga wafat di Wirodeso dan di makamkan di pemakaman umum Kec Wirodeso.

Silsilah Sayyid Awud bin Husain bin Yahya

Ø  Sayyidina Muhammad Rosululloh SAW
Ø  Sayyidina Al imam Ali bin Abi Tholib  Wa Sayyidatina Fatimah zahro batul
Ø  Sayyidina Al imam Husain Assibti
Ø  Sayyidina Al imam Zainal Abidin
Ø  Sayyidina Al imam Muhammad Al bagir
Ø  Sayyidina Al imam Ja’far Sodiq
Ø  Sayyidina Al imam Ali Al ‘uraidi
Ø  Sayyidina Al imam Muhammad Annaqib
Ø  Sayyidina Al imam Isa Annaqib
Ø  Sayyidina Al imam Akhmad  Al Muhajir
Ø  Sayyidina Al imam ‘Ubaidillah
Ø  Sayyidina Al imam Alwi
Ø  Sayyidina Al imam Ali Kholi’ Qosam
Ø  Sayyidina Al imam Muhammad Shokhib Mirbat
Ø  Sayyidina Al imam Ali
Ø  Sayyidina Al imam Mhammad Faqihil Muqodam
Ø  Sayyidina Al imam Alwi
Ø  Sayyidina Al imam Ali
Ø  Sayyidina Al imam Muhammad Mawla Dawlah
Ø  Sayyidina Al imam Alwi Annasik
Ø  Sayyidina Al imam Ali Al Nginaz
Ø  Sayyidina Al imam Hasan Al Akhmar Al Waro’
Ø  Sayyidina Al imam Yahya
Ø  Sayyidina Al imam Hassan
Ø  Sayyidina Al imam Muhammad
Ø  Sayyidina Al imam Idrus
Ø  Sayyidina Al imam Hassan
Ø  Sayyidina Al imam Awud
Ø  Sayyidina Al imam Hassan
Ø  Sayyidina Al imam Awud
Ø  Sayyidina Al imam Husain
Ø  Sayyidina Al imam Awud [Ngalian]

Keturunan Sayyid Syarif Husain Yahya

  1. Sayyid Alwi Syarif Bustaman yang terkenal Ki Ageng Purworejo beliau wafat di Purworejo dan di makamkan di Desa Kedung Pucang Kec Bener Kab Purworejo.
  2. Sayyid Awud atau Ndoro Sayyid yang ada di Desa Ngalian 
  3. Sayyid Sholeh dan terkenal dengan sebutan R. Saleh pelukis Peta Indonesia dan terkenal sampai Manca Negara beliau wafat di Jakarta  dan di makamkan di Bogor sekitar tahun 1880.
  4. Sayyid Ali Murtadho beliau berjuang mengikuti jejak kakak nya yaitu Sayyid Awud dan beliau wafat di ngalian dan dimakamkan di Desa Ngalian bersebelahan dengan makamnya Sayyid Awud.
  5. Syarifah Rugoyah beliau mejadi istri Habib Abdurrohman Jakarta bapak dari Habib Ali Kwitang Jakarta.

Ketika masih kecil, Beliau di asuh oleh kakaknya yaitu Sayyid Alwi Bustaman  hingga beliau dewasa, setelah itu beliau mulai mencari ilmu, pertama beliau menuntut ilmu dari ayahnya, beliau sangat alim dan bersahaja, yaiitu Sayyid Husain Bin Yahya dan  di lanjutkan belajar pada kakaknya yang sangat terkenal kealiman dan tinggi ilmu agamnya serta pencetak pejuang-pejuang pantai selatan dan utara, namanya sangat disegani, beliau adalah Sayyid Alwi Syarif Bustaman Kyai Agung Purworejo.

Diantara Guru-Guru Beliau

Seorang satria yang gagah berani, yang terkenal pula tentang keluasan ilmunya dan wawasannya dan lagi seorang wali qutub yaitu Sayyid Hasan Bin Toha Bin Yahya, semarang, dan di kenal Mbah Sayyid Kramat Jati atau Pangeran Sumodiningrat.

Dan beliau juga mengambil ilmu kepada seorang yang sangat alim lagi banyak karomahnya yang bernama Sayyid Hasan Bin Muhsin Al Ba’bud Purworejo yang bergelar Tumenggung Sampar Wadi, selanjutnya beliau meneruskan mencari ilmu dari seorang pembesar para wali beliau adalah Sayyid Abdulloh Bafagih tidak lupa pula beliau medapatkan ilmu dari beberapa tokoh para kyai di zaman itu.

Setelah beliau mendapatkan ilmu dan ijazah dalam mengajar dan berdakwah dan lain sebagainya, beliau tinggal di Pekalongan menggantikan ayahnya.

Beliau melakukan apa yang di perintahkan guru-gurunya untuk mengajar dan berdakwah, tapi beliau selalu tetap memegang teguh prinsip Al Qur’an  dan Sunah dan selalu mengikuti jejak para salafnya yang sangat soleh dan beliau penganut Thoriqoh Satoriyyah Allawiyyah, setelah itu beliau terpanggil untuk berjuang melepaskan dari belenggu penjajah dan kebodohan, maka beliau bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, dan Ali Basah Sentot Prawiro Dirjo, dan tokoh yang lain .

Pertempuran demi pertempuran berjalan mengikuti Kanjeng  Pangeran Diponegoro, setelah Pangeran Diponegoro tertangkap, maka  setiap pengikutnya meneruskan perjuangannya dengan segala cara, akan tetapi tetap dalam landasan tuntunan baginda Nabi Muhammad SAW, beliau tidak terlepas dicurigai bahkan dikejar-kejar dimanapun beliau berada, disamping itu beliau cukup besar pengaruhnya di kalangan masyarakat dan sangat di segani, maka beliau sering berpindah-pindah tempat dan ber ganti nama untuk mengelabuhi belanda, yang terakhir beliau membuat pertahanan dan meneruskan untuk dakwah di suatu desa yang bernama Gumelem maka setelah kedatangan beliau di kenal Ngalian atau hijroh beliau disitu berdakwah dan berjuang sampai khayatnya , kedatangan beliau ke desa itu menyamar dan atas segala keberanian dan ilmu yang di milikinya, maka di angkat oleh Bupati Wonosobo menjadi Kepala Mandor Kopi, beliau terkenal dengan kebijaksanaan dan kearifannya, walaupun beliau sangat di takuti oleh para jagoan atau para centeng dan warok akan tetapi beliau tidak manunjukan kesombongannya, beliau terkenal sangat lemah lembut, yang mana tadinya situasi dan kondisi sangat rawan akhirnya timbul rasa aman dan nyaman karena tumbuhnya kesadaran, itulah salah satu bentuk perjuangan beliau sampai beliau wafat.

Ada suatu kejadian yang sangat menarik yang pada waktu itu Sayyid Awud atau Mbah Aryodwiryo di protes oleh salah satu Pejabat Pemerintah, sebenarnya tugas beliau menjadi mandor hutan kopi kenapa beliau nyatanya hanya duduk di dalam rumah atau mushola terus, maka di jawab oleh beliau INSYA ALLAH hutan kopi akan aman, dan ternyata Allah Ta’ala menolong, disaat para pencuri dan gerombolan perampok mau memasuki hutan kopi dan gudang kopi, meraka ketakutan dan lari tunggang langgang di karenakan mereka melihat harimau yang sangat besar, dan itu di yakini sebagai ciri khas kewalian atau khodamnya beliau Sayyid Awud Bin Husaen Bin Yahya.

Dan kejadian itu berulang kali, walaupun mereka sudah pindah-pindah tempat untuk memasuki kawasan hutan kopi, sehingga akhirnya para pencuri tersebut akhirnya sadar dan ada yang bertaubat, dan sejak kisah itu menyebar ke seluruh wilayah Wadaslintang dan Kaliwiro maka situasi dan kondisi hutan kopi dan keadaaan masyarakat jadi tentram, dan sejak saat itu juga Penjajah Belanda tidak bisa memasuki Wilayah Wadaslintang khususnya Ngalian.

Nama Lain Beliau Ketika Dalam Penyamaran

  1. Mbah Arjo Diwiryo,
  2. Raden Gondo Kusumo, dan
  3. Mbah Kyai Wiroto.

Biografi dan Silsilah Sayyid Awud bin Husain bin Yahya / Mbah Blawong / Mbah Arjodwiryo / Raden Gondo Kusumo / Mbah Kyai Wiroto

Belanda mengetahui dan mengerti nama samaran tersebut diatas bahwa sebenarnya adalah Sayyid Awud Bin Husain Bin Yahya dan termasuk senopatinya Pangeran Diponegoro setelah wafatnya beliau.

Setelah beliau wafat di makamkan di pemakaman khusus keluarga priyayi dan santri, pada waktu itu, di Dusun Blawong Desa Ngalian kurang lebih 400 m dari jalan raya pada tahun 1898 Masehi, dan yang sering ziarah makam beliau pada waktu itu adalah keluarga dari Bupati Kebumen yang bernama  KRT Istikno Sosro Busono, sekitar pada tahun 1950.

Pada tahun 1973 ada seorang yang terkenal kewaliannya yaitu Mbah Kyai Abu Na’im ziaroh ke makam Sayyid Awud yang pada waktu itu masyarakat belum mengetahui siapa Sayyid Awud hanya mengetahui dengan sebutan Ndoro Sayyid, dan Mbah Abu Na’im mengatakan bahwa Ndoro Sayyid adalah termasuk Waliyulloh.

Dikarenakan penduduk sekitar makam tidak mengetahui siapa Sayyid Awud atau makam di Blawong maka sejak dulu jarang yang ziarah ke makam itu, tapi setelah di jelaskan oleh ahli keluarganya yaitu Maulana Al Habib Lutfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya bersama KH Muhammad Luthfi (Pengasuh Pondok Pesantren AL-HUDA Pakuncen Selomerto) serta ulama sekitar, pada waktu di adakan Khoul yang pertama pada akhir Jumadil Akhir Tahun 1431 H siapa sebenarnya Ndoro Sayyid atau Sayyid Awud, sejak mulai saat itu ramai di kunjungi para peziarah dari masyarakat sekitar Wadaslintang dan dari luar daerah dan sering di kunjungi oleh kalangan Habaib dari Wonosobo, Pekalongan, Ceribon, dan sebagainya.

Maka dari itu bagi kita semua tidak di sangsikan lagi bahwa Sayyid Awud adalah pejuang Negara sekaligus keluarga dari Rosululloh Saw, semoga kita bisa mengambil hikmah dari sejarah ini.

Perjalanan Sayyid Awud bin Husain bin Yahya sampai ke Desa Ngalian

Kedatangan Sayyid Awud ke Desa Ngalian sebenarnya pada waktu itu terjadi krisis ekonomi atau sulitnya mencari nafkah pada masa itu, maka situasi hutan kopi menjadi tidak aman, sehingga terjadilah pencurian dan perampokan hasil dari hutan kopi btersebut, yang di lakukan oleh orang di sekitar Wadaslintang dan Kaliwiro, sehingga pemerintah waktu itu merasa rugi dan menimbulkan kegelisahan.

Akhirnya pihak pemerintah pada waktu itu mengadakan musyawaroh yang di hadiri oleh seluruh Mandor-Mandor hutan kopi dan seluruh Gelondong-Gelondong Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang, dan tempat untuk musyawaroh di kantor Kawedanan Kaliwiro. Saat musyawaroh berlangsung, di antara yang hadir ada yang mengusulkan untuk menghadirkan orang pintar atau sesepuh yang intinya supaya di usahakan secara batiniah agar hutan kopi tersebut menjadi aman, dan ternyata usulan tersebut di setujui oleh peserta musyawaroh pada waktu itu.

Secara kebetulaan di antara yang hadir ada yang mengenal seorang sesepuh yang bernama Mbah Arjo Dwiryo asli orang Pekalongan dan di minta untuk hadir di Kawedanan Kaliwiro Wadaslintang, ternyata beliau menyetujui apa yang menjadi keinginan pemerintah ini, tapi beliau mengajukan suatu permintaan, agar di dirikan mushola dan pihak pemerintah waktu itu menyetujui, sehingga berdirilah mushola yang bertempat di pertigaan jalan menuju Desa Kalidadap, setelah itu beliau mengumumkan kepada seluruh masyarakat sekitar Wadaslintang dan Kaliwiro, barang siapa mengambil kopi untuk kepentingan hidup, maka di perbolehkan tapi jika untuk hura-hura atau maksiat maka tidak boleh.

Setelah beliau berada di Desa Ngalian, maka beliau bertempat tinggal di Dukuh Blawong tepatnya di kediaman Mbah Sinder Sepuh atau Kepala Mandor Hutan Kopi, yang lokasinya berada di bawah pasar Ngalian atau di bawah gudang kopi pada waktu itu.

Hari-hari berikutnya beliau memanfaatkan waktunya dengan cara mengajar ngaji kepada penduduk sekitar Wadaslintang dan Kaliwiro dan kadang-kadang beliau berkeliling ke tempat terpencil seperti ke Desa Lamuk dan Desa Lancar dan sebagainya.

Beliau berjuang di wilayah Wadaslintang Kaliwiro tidak sendirian beliau di bantu oleh teman seperjuangan di antaranya yaitu: Sayyid Ali Murtadho, adik beliau Mbah Kyai Muhammad Fadlil dari Sepuran dan menetap di Wadaslintang dan wafat pada tahun 1917 dan di makamkan di Wadaslintang, Mbah Ali Murtojo, Mbah Kyai Muhammad Isa di Kaliwiro dan masih banyak lagi.

Dan mulai saat itu agama islam mulai kelihatan gerakannya dan mulai berdiri pesantren-pesantren walaupun masih skala kecil, dan situasi pada waktu itu belum stabil dan masih banyak terjadi pertempuran hingga akhirnya mereka ada yang gugur dalam medan perang dan ada yang wafat pada tempat pengungsian dan ada yang karena memang sudah tua, hingga masa kemerdekaan.

Demikianlah sejarah Waliyulloh Sayyid Awud Bin Husin Bin Yahya dalam melaksanakan ibadah dan perjuangan dalam membela agama dan negara sampai beliau wafat pada tahun 1898 dan semoga kita bisa meneruskan perjuangannya maupun apa yang beliau cita citakan.

Amin amin ya robbal ‘alamin

Nara Sumber Sejarah Waliyulloh Sayyid Awud bin Husain bin Yahya

  1. Maulana Al Habib Muhammad Lutfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya
  2. Simbah Kyai Abdurrokib
  3. Sesepuh Kecamatan Wadaslintang dan Kaliwiro

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Sayyid Awud Bin Husain Bin Yahya (Mbah Blawong), jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.