Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Cara Umar bin Khattab Mencari Menantu

Assalamu'alaikum wr wb.
Kisah Teladan Islami hadir kembali menyapa sahabat semuanya dan sore yang panas ini mengambil judul "Cara Umar bin Khattab Mencari Menantu". Menarik dan cocok dibaca oleh semua kalangan terutama mereka yang saat ini sedang mencarikan pendamping untuk anaknya agar mendapatkan menantu yang soleh dan solehah.

Sudah menjadi kebiasaan Khalifah Umar bin Khattab belusukan hingga ke daerah-daerah untuk melihat secara langsung apa kegiatan warganya sehingga mengetahui apa saja yang kurang dalam dia memimpin. Gaya seperti inilah yang dilakukan juga oleh Presiden Indonesia, Bapak Jokowi.
Cara Umar bin Khattab Mencari Menantu
Umar bin Khattab belusukan kesana kemari bukan saja mendengar langsung apa yang diinginkan rakyatnya saja, dari aktivitasnya itu pula ia akhirnya mendapatkan menantu yang baik. Bagaimana kisahnya.

Berikut Kisahnya

Khalifah Umar bin Khattab ra adalah khulafaurrasyidin setelah Khalifah Abu Bakar ra. Dalam menjalankan kepemimpinannya, Umar bin Khattab banyak melakukan blusukan. Ia terjun langsung ke masyarakat yang dipimpinnya untuk mengetahui apa saja yang dikehendaki rakyatnya.

Dikisahkan dalam kitab Hikayatu Islamiyyah Qabla an-Naum karya Najwa Husain Abdul Aziz, pada suatu malam khalifah Umar bin Khattab melakukan blusukan dengan ditemani ajudannya. Di tengah-tengah blusukannya itu, Umar pun merasakan lelah sehingga memutuskan untuk beistirahat di sebuah tempat.

Dialog Ibu dan Anak

Pada saat khalifah dan ajudannya tengah beistirahat, mereka tidak sengaja mendengar percakapan antara ibu dan anak gadisnya.
"Wahai anakku, campurkanlah susu yang kamu perah tadi dengan sedikit air," perintah seorang ibu.
Sang gadis merasa heran dengan perintah itu karena baru kali ini ibunya melakukan hal ini.

Dengan kata-kata yang sangat sopan, si gadis mencoba untuk menolak permintaan ibunya.
"Maat ibu, apakah ibu tidak pernah mendengar perintah Amirul Mukminin Umar bin Khattab untuk tidak menjual susu yang dicampur dengan air?" ujar sang gadis.
"Iya, ibu juga pernah mendengar perintah tersebut," jawab si ibu.

Kemudian ibunya berkilah,
"Tetapi, mana ada khalifah sekarang? Apakah dia melihat kita? Ayolah anakku, laksanakanlah perintah ibumu ini, ini juga hanya mencampur sedikit air saja kok."

Dapat Menantu Salehah

Sang gadis kali ini terdiam saja. Ia masih belum tahu jalan pikiran ibunya yang dengan rela hati menyuruhnya melakukan kebatilan demi meraup keuntungan. Akan tetapi beberapa saat kemudian sang anak gadis mulai bekata-kata lagi.

Sang gadis berkata,
"Dia (khalifah) memang tidak melihat kita, akan tetapi Rabb-nya melihat kita dan demi Allah saya tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan melanggar seruan Khalifah Umar bin Khattab untuk selama-lamanya."

Setelah mendengar percakapan gadis dengan ibunya tersebut, Umar dan ajudannya langsung pulag ke rumah.

Sesampainya di rumah, Umar bin Khattab bercerita tentang pengalaman blusukan tadi malam dan meminta putranya, 'Ashim bin Umar untuk menikahi gadis yang sakehah tersebut. Ia ingin menjadikan gadis salehah tersebut sebagai menantunya.

Kelak Cicitnya Menjadi Khalifah ke 5

Maka menikahlah 'Ashim bin Umar dengan gadis pilihan ayahnya. Dari pernikahan, Umar dikarunia cucu perempuan yang bernama Laila atau yang biasa disebut dengan Ummu Ashim. Dan dari Ummu Ashim inilah lahir seorang pemimpin yang hebat dan terkenal yang bernama Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah kelima yang sangat adil, zuhud dan bijaksana.

Demikian kisah "Cara Umar bin Khattab mencari Menantu" dan sedikit asal usul Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Semoga ada manfaatnya buat kalian semua.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Cara Umar bin Khattab Mencari Menantu, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.