Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Hukum Memberikan Zakat Fitrah kepada Guru Ngaji dan Guru Sekolah Islam

Bolehkah Zakat Diberikan kepada Guru Ngaji dan Guru di Sekolah Islam?
Hukum Memberikan Zakat Fitrah kepada Guru Ngaji dan Guru Sekolah Islam
Hukum Memberikan Zakat Fitrah kepada Guru Ngaji dan Guru Sekolah Islam

Di Indonesia, banyak masyarakat yang memberikan zakat fitrah kepada guru ngaji. Biasanya ini dilakukan, selain untuk menunaikan kewajiban membayar zakat fitrah, juga sebagai bentuk penghormatan atas jasa guru ngaji yang telah mendidiknya atau mendidik anak-anaknya. Sebenarnya, bagaimana hukum memberikan zakat fitrah pada guru ngaji ini ?

Bolehkah zakat diberikan kepada guru ngaji dan guru di sekolah Islam? Apakah mereka termasuk fi sabilillah?
والسابع سبيل الله تعالى وهو غاز ذكر متطوع بالجهاد فيعطى ولو غنيا إعانة له على الغزو اهل سبيل الله الغزاة المتطوعون بالجهاد وان كانوا اغنياء ويدخل في ذلك طلبة العلم الشرعي ورواد الحق وطلاب العدل ومقيموا الانصاف والوعظ والارشاد وناصر الدين الحنيف
Yang ke tujuh SABILILLAAH Ialah lelaki pejuang yang berperang dengan Cuma-Cuma demi agama Allah, maka ia diberi meskipun ia kaya raya sebagai bantuan untuk biaya perangnya. “SABIILILLAH” Ialah lelaki pejuang yang berperang dengan Cuma-Cuma demi agama Allah meskipun ia kaya raya. Dan masuk dalam kategori sabiilillah adalah para pencari ilmu syar’i, pembela kebenaran, pencari keadilan, penegak kebenaran, penasehat, pengajar, penyebar agama yang lurus. [ al-Jawaahir al-Bukhaari, Iqna Li Assyarbiiny I/230 ].

Syaikh Dr Yusuf Qardhawi pernah mendapatkan pertanyaan semacam itu. Jawaban beliau kemudian dibukukan di Fatawa Mu’aashirah.

Berbeda dengan sedekah sunnah, zakat hanya boleh diberikan kepada yang berhak menerima zakat. Yakni 8 golongan (ashnaf) yang disebut mustahik. Mereka adalah: faqir, miskin, 'amil, muallaf, riqab, ghorim, fi sabilillah dan ibnu sabil.

Allah Subahanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah: 60)

Syaikh Dr Yusuf Qardhawi menjelaskan, jika zakat diberikan kepada guru di sekolah Islam dengan pertimbangan bahwa sekolah-sekolah tersebut adalah pondasi utama dari kehidupan Islam yang modern. Agar anak-anak muslim tidak tumbuh sebagai masyarakat yang buta huruf di tengah tantangan zaman yang semakin berat. Juga agar tidak tumbuh sekedar terpelajar tapi hatinya kosong dari keimanan dan wawasannya kosong dari keislaman. Maka zakat boleh diberikan kepada guru ngaji dan guru di sekolah.

Hal itu sesuai dengan kaidah syariat Islam:
مَا لاَ يَتِمُّ الوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Apabila ada suatu kewajiban yang tidak akan lengkap kecuali dengan adanya sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun menjadi wajib adanya.”

Demikian pula hal di atas. Pendidikan Islam takkan bisa berjalan tanpa adanya guru. Anak-anak tidak bisa membaca Al Qur’an dan memahami Islam tanpa guru ngaji. Maka guru adalah unsur utama dalam pendidikan Islam.

Karena tujuan pendidikan Islam adalah meninggikan kalimatullah, menyebarkan ajaran Islam serta menegakkan kalimat tauhid, maka guru merupakan bagian dari fi sabilillah. Zakat boleh diberikan kepada mereka.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Hukum Memberikan Zakat Fitrah kepada Guru Ngaji dan Guru Sekolah Islam, jangan lupa IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, akan tetapi yang paling utama adalah seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.