Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Keistimewaan Syekh Samman Al Madani; Kewaliannya hanya Terjadi pada Periode 200 Tahun Sekali

Keistimewaan Syekh Samman Al Madani; Kewaliannya hanya Terjadi pada Periode 200 Tahun Sekali
Keistimewaan Syekh Samman Al Madani; Kewaliannya hanya Terjadi pada Periode 200 Tahun Sekali

Beliau bernama Gauts Zaman al-Waly Qutbil Akwan Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani keturunan Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Sayyidina Rasulullah Saw.

Beliau adalah ulama besar dan wali agung berdarah Ahlul Bait Nabi beraqidah ahlussunnah wal jamaah dengan Asy’ari dalam bidang teologi atau aqidah, dan Syafi’i mazhab fiqih furu’ ibadatnya, dan Junaid al-Baghdadi dalam tasawufnya.

Beliau r.a tinggal di Madinah menempati rumah yang pernah ditinggali khalifah pertama, yakni Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a (seorang Shiddiq yang paling agung yang tiada bandingnya, kecuali para anbiya wal mursalin).

Guru mursyid beliau adalah Sayyidina Syekh Mustafa Bakri, seorang wali agung dari Syiria, dari pihak ayah keturunan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a dari pihak ibu keturunan Sayyidina Husin Sibthi Rasulullah Saw.

Pangkat kewalian beliau adalah seorang pamungkas para wali, yakni Gauts Zaman, dan wali Qutb Akwan, yakni kewalian yang hanya bisa dicapai oleh para sadah yang dalam tiap periode 200 tahun sekali. Dan beliau adalah Khalifah Rasulullah pada zamannya.

Beliau banyak memiliki karomah yang tidak bisa dihitung banyaknya, bahkan sampai saat inipun karamah itu terus ada.

Karamah agung beliau adalah pangkat kewaliannya yang begitu agung. Beliau mendapat haq memberi syafaat 70.000 umat manusia masuk syurga tanpa hisab.

Murid-murid beliau dari Indonesia, Qutb Zaman Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Qutb Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani), al-Qutb Syekh Abdussamad al-Palimbani, al-Qutb Syekh Abdul Wahab Bugis (menantu Syekh Arsyad al-Banjari), al-Qutb Syekh Abdurrahman al-Batawi (kakek Mufti betawi dari pihak ibu Habib Utsman betawi), al-Qutb Syekh Dawud al-Fathani, dan lain-lain.

Dan di antara keagungan dan kemuliaan beliau yang amat banyak, di antaranya, semua murid beliau yang jumlahnya ribuan menempati makam qutb. Beliau menempati kemuliaan karena beliau berada pada jalan Rasulullah Saw dan para sahabatnya, yakni ahlussunnah wal jamaah.

Apa hubungannya dengan Rasulullah Saw?

Demikianlah kesuksesan Syekh Samman dalam mendidik rohani murid-muridnya sehingga mereka yang berjumlah ribuan menempati maqam qutb, apalah lagi Rasulullah Saw dengan para murid-muridnya yakni para sahabt rodiyallahu anhum, tentu maqam kewalian sahabatnya sangat agung, karena mereka mendapat keistimewaan menyertai kekasih-Nya, dan apa-apa yang menjadi nubuwat Rasulullah Saw dalam kitab-kitab dahulu, maka pasti menceritakan dan memuji para qudus agung yang menyertai kekasih-Nya, yakni para sahabat Rasulullah Saw.

Al-Qutb Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi shohib maulid berkata, “Serendah-rendahnya martabat sahabat maka tidak akan bisa dicapai walau oleh 70 Imam Junaid al-Baghdadi”. Padahal Imam Junaid hidup pada zaman salaf dan menempati Sulthonul Auliya pada zamannya.

Karena para sahabat ini adalah para wali agung, maka para ahli tasawwuf (aswaja) sangat sopan dengan mereka, tidak menceritakan mereka kecuali kebaikan. Jangankan dengan para sahabat, dengan wali jaman sekarang saja kalau kita tidak sopan, maka tunggu aja akibatnya, apa lagi menghinakan wali atau ulama jaman sekarang saja menurut para ulama dihukumkan murtad.

Bahkan wajib hukumnya berprasangka baik dengan para auliya. Lebih-lebih lagi para sahabat yang notabene adalah hasil didik Rasulullah Saw yang menempati shiddiq dalam kewalian.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Keistimewaan Syekh Samman Al Madani; Kewaliannya hanya Terjadi pada Periode 200 Tahun Sekali, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.