Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Jenis dan Prinsip Ibadah Mahdhoh dan Ghoiru Mahdhoh serta Hakikat Ibadah

Pengertian Ibadah Mahdhah dan Perbedaannya dengan Ghairu Mahdhah
Pengertian Ibadah Mahdhah dan Perbedaannya dengan Ghairu Mahdhah

Secara umum, ibadah terbagi menjadi ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Kewajiban menunaikan ibadah tertuang dalam Al Quran surat Al Bayyinah ayat 5.
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ - ٥
"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al Bayyinah: 5)

Ibadah merupakan bukti kepatuhan seorang hamba kepada Rabbnya. Ibadah mahdhah adalah ibadah khusus sedangkan ghairu mahdhah merujuk pada ibadah umum.

Setiap muslim diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT berarti hanya menyembah Allah SWT semata dan tidak ada sesembahan lain selain daripada-Nya.

Pengertian Ibadah

Pengertian Ibadah secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa arab yaitu
عبد- يعبد -عبادة
Yang artinya melayani, patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dhahir maupun yang bathin[1].

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya[2].

Ibadah Mahdhoh

Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah:
  1. Thaharah (Wudhu’, Tayammum, Mandi janabah dan termasuk bersuci dari najis kecil maupun najis besar)
  2. Shalat (baik syarat maupun rukun-rukun, termasuk dengan perkara-perkara yang membatalkannya)
  3. Puasa (baik puasa wajib maupun yang sunnah)
  4. Haji
  5. dan Umrah

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah di tetapkan oleh sang khalik yang kemudian di perintahkan kepada Rasulullah untuk di jalankan oleh nya dan juga kaum nya. ibadah ini adalah ibadah yang memiliki syarat, rukun, serta ada sesuatu hal yang dapat membatalkannya jika syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi.

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang sejatinya setiap hari kita kerjakan sesuai dengan perintah Allah SWT dan sesuai dengan ketentuan atas dasar rukun Islam yang diantaranya yaitu, Syahadat, sholat, zakat, puasa, naik haji jika mampu. Nah hal yang disebutkan itu ialah merupakan beberapa contoh dari ibadah mahdhah yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim.

Tata cara pelaksanaan ibadah mahdhah sudah baku sesuai petunjuk Rasulullah SAW seperti ditetapkan dalam Al Quran atau As-Sunnah. Dalam surat An-Nisa ayat 64 Allah SWT berfirman
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ جَاۤءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا - ٦٤
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS An-Nisa 64).

Sedangkan dalam hadits disebutkan Rasulullah SAW memerintahkan umatnya agar menjalankan ibadah sebagaimana yang dia contohkan
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR Bukhari).

Ibadah jenis ini merupakan wujud penghambaan murni dan hubungan antara hamba dengan Allah SWT secara langsung. Dalam kata lain, ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan secara vertikal. Contoh ibadah mahdhah adalah sholat, zakat, puasa, haji, dan ibadah lain yang ditetapkan oleh hukum syara'.

Jenis Ibadah Mahdhoh

Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat oleh Khalilurrahman Al-Mahfani dkk, ibadah mahdhah dapat dibedakan menjadi tiga macam.
  1. Ibadah Badaniyah
    Ibadah badaniyah mahdhah yakni ibadah jasmani seperti sholat, puasa, wudhu, dan sebagainya.

  2. Ibadah Maliyah
    Ibadah maliyah mahdhah yakni ibadah yang ditunaikan dengan harta benda seperti zakat, infak, dan qurban.

  3. Ibadah Badaniyah Wa Maliyah
    Ibadah badaniyah wa maliyah, yakni perpaduan antara ibadah badaniyah mahdhah dan ibadah maliyah mahdhah. Ibadah ini ditunaikan dengan jiwa raga dan juga harta benda. Contohnya adalah ibadah haji dan umrah.

Adapun jika ibadah – ibadah yang kita lakukan ialah sunnah, jika ada ketentuan syarat, rukun, serta terdapat hal yang bisa membatalkannya maka ibadah sunnah tersebut tergolong juga ke dalam ibadah mahdhah. Dalam hal ini Ibadah mahdhahjuga ditunjukkan dengan maksud utama bagi orang yang mengerjakannya.

Ingin mengharap ridho dari Allah SWT serta dalam rangka meraih pahala di akhirat kelak. Perlu dipahami bahwa, ibadah mahdhahhanya bisa diketahui melalui perantara Rasulullah dengan cara Allah memberikan jalan wahyu pada beliau. tidak ada jalan yang lainnya, termasuk melalui akal ataupun budaya kehidupan masyarakat pada umumnya.

Prinsip Ibadah Mahdhah

Ibadah Mahdhah adalah penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara Allah dengan Makhluk ciptaannya secara langsung. Dan dalam hal ini Ibadah mahdhah memiliki 4 prinsip yang diantaranya ialah :
  1. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah
    Baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Karena akan dianggap tidak sah apalagi diterima banyak orang jika tidak ada sumber yang menjadi acuan dan pedoman dari sebuah perintah, apalagi di dalam sebuah agama.

  2. Tata cara pelaksanaan harus mengikuti ajaran serta sunnah Rasul SAW.
    Karena Salah satu tujuan penciptaan dan diutusnya rasul oleh Allah SWT adalah untuk memberi contoh kepada umat-Nya :
    وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء
    Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah… (QS. 4: 64).

    وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…
    Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah… (QS. 59: 7).

    Jika manusia melakukan ibadah tanpa adanya dalil perintah atau tidak sesuai dengan ajaran Rasul saw., maka sudah dipastikan manusia tersebut di kategorikan “Muhdatsatul umur” perkara mengada – ngadakan, atau yang populer kita sebut dengan bid’ah.

  3. Bersifat suprarasional (di atas jangkauan akal)
    Artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Sholat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat agar manusia tidak menyimpang dari ketetapan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT.

  4. Asas ketaatan
    Dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Seorang manusia wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan umatnya, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutusnya Rasul adalah untuk dipatuhi. Mematuhi perintah Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasul adalah sebenar – benarnya jalan yang akan membawa kita ke dalam keselamatan dunia dan akhirat.

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah = “KA SS” (Karena Allah Sesuai Syariat)

Ibadah Ghoiru Mahdhoh

Sementara itu, ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum merupakan segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT, misalnya ibadah ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Ibadah ini dilakukan antar sesama manusia (muamalah) atau hubungan horizontal yang tidak hanya terkait dengan hubungan dengan Allah SWT saja.

Ibadah ghairu mahdhah dilakukan berdasarkan perintah, anjuran, atau tidak adanya larangan terhadap suatu perbuatan. Ibadah ini juga bersifat rasional. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.

Salah satu dalil pelaksanaan ibadah ghairu mahdhah terdapat dalam surat Al Maidah ayat 2. Allah SWT berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-ḥarāmi an ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."

Prinsip Ibadah Ghoiru Mahdhoh (Muamalah)

Sesuai dengan namanya, ibadah muamalah ialah ibadah yang dilaksanakan dalam format menjaga hubungan sesama insan yang tidak menyalahi aturan Allah. Secara umum, prinsip dalam ibadah muamalah ialah sebagai berikut:
  1. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.
  2. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah , karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah”, atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
  3. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
  4. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Contoh Ibadah Muamalah

  1. Tidak mengerjakan jual beli barang yang haram
  2. Tidak menipu ataupun memanipulasi takaran, timbangan, dan kualitas barang
  3. Tidak mengerjakan suap, sogok, atau risywah
  4. Tidak melakukan pekerjaan riba, tergolong bunga.

Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = “BB KA” (Berbuat Baik Karena Allah)

Hakikat Ibadah

Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu[3]:
خُضُوعُ الرُّوْحِ يَنْشَا ُعَنِ اسْتِشْعَارِالقلبِ بمحبة ِالمعبودِ وعظَمتهِ اعتقادا بان للعالم سلطا نا لايدْرِكُهُ العقلُ حقيقَتَهُ
“Ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri’tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya.”

Didalam ibadah itu terdapat berbagai macam penghalang ibadah[4].
Penghalangnya yaitu:
  1. Rezeki dan keinginan memilikinya
  2. Bisikan-bisikan dan keinginan meraih tujuan
  3. Qadha; dan pelbagai problematika
  4. Kesusahan dan berbagai musibah

Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang tidak di syari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak), hal ini berdasarkan sabda Nabi :
مَنْ عَمَِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.”

Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya.

Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu[5]:
  1. Ikhlas
    قل انى امرت ان اعبد الله مخلصا له الدين. وامرت لان اكون اول المسلمين (الزمر١١-١٢)
    “Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah kepada-Nya) seraya mengikhlaskan ta’at kepada-Nya; yang diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya.”

  2. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah :
    … فمن كان يرجوالقاءربه فليعمل عملاصالحاولايشرك بعبادةربه احدا (الكهف:١١٠)
    “Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan tuhannya dalam ibadahnya itu.”

Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

Ulama ahli bijak berkata: inti dari sekian banyak ibadah itu ada 4, yaitu[6]:
الوفاء بالعهدود والمحافطة على الحدودوالصبر على المفقو والرضا بالموجود
  1. Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah
  2. Memelihara diri dari semua yang diharamkan Allah
  3. Sabar terhadap rizki yang luput darinya
  4. Rela dengan rizki yang diterimanya

Kesimpulan

  1. Ibadah merupakan suatu usaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah . Ibadah dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Hakikat ibadah Mahdhah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Seorang hamba yang ibadahnya ingin dikabulkan hendaklah harus memenuhi dua syarat yaitu ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah .

  2. Sedang ibadah Ghairu Mahdhah pelaksanaan aktifitas yang mengandung unsur kemaslahatan semata demi mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya, dan dalam masalah ini tak harus mencari petunjuk dari Qur’an dan Sunnah, contoh nyata pada saat ini dan tidak bisa dipungkiri adalah pencatatan perkataan Nabi dijadikan sebuah buku (kitab) adalah perkara baru yang tak pernah dilakukan pada jaman nabi dan shahabat. Contoh lain seperti pengkarantinaan para santri di sebuah lembaga studi keislaman, pada jaman Rasulullah dan jaman shahabat tak pernah terjadi, dan banyak contoh-contoh lainnya.

Semoga penjelasan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah bisa meningkatkan wawasan dan keimanan kita semua.

FootNote:
[1] Prof. Amin Syukur MA, P engantar Studi Islam, (Semarang :CV. Bima Sakti,2003), Hlm. 80.
[2] Drs. Muhammad Alim, Pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), Hlm. 144.
[3] Hasbi ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (yogyakarta: Bulan Bintang, 1991), Hlm. 8-9
[4] Abu Hamid Al Ghazali, Minhaj Al Abidin Ila Al Jannah, (Jogjakarta: Diva Press,2007), Hlm. 183
[5] Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1991), Hlm. 12-13
[6] Imam Nawawi Al Bantani, Nashaihul Ibad, (Toha Putra : Semarang,), Hlm. 29.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Jenis dan Prinsip Ibadah Mahdhoh dan Ghoiru Mahdhoh serta Hakikat Ibadah, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, akan tetapi yang paling utama adalah seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.