Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Makam Ki Ageng Makukuhan di Kawah Gunung Sumbing

Fakta Dibalik Makam Ki Ageng Makukuhan Di Kawah Gunung Sumbing
Fakta Dibalik Makam Ki Ageng Makukuhan Di Kawah Gunung Sumbing

Di balik keindahan Gunung Sumbing yang membentang diantara Kabupaten Magelang, Temanggung dan Wonosobo menyimpan banyak sejarah bagi masyarakat sekitar. Salah satunya dengan adanya sebuah makam yang terletak dikawah gunung.

Siapa empunya makam? Dari berbagai kisah warga, orang yang disemayamkan di makam itu adalah Ki Ageng Makukuhan.

Ki Ageng disemayamkan di puncak Gunung Sumbing Di ujung timur di bawah tebing bebatuan.

Di lokasi makam terdapat sebatang pohon Endong Wulung dan sebatang lagi pohon Kecubung Wulung. Pohon itu sudah tumbuh bertahun – tahun dan menjadi tetenger ( tanda ) lokasi makam.

Tanda lain, lubang gua di lereng bebatuan di atasnya. Dahulu, di gua yang ruangannya tak terlalu dalam itu Ki Ageng mengasingkan diri hingga wafat dan dimakamkan di bawahnya.

Mbah Marmo sesepuh lereng Sumbing mengatakan makam itu sering diziarai tiap malam malam tertentu. Umumnya mereka dari desa – desa di lereng Sumbing.

Seusai ziarah, mereka membawa pulang air belerang yang dipercayai bisa untuk menambah kekuatan badan.

Ki Ageng Makukuhan merupakan murid Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga. Lazimnya seorang murid yang sudah khatam menimba ilmu, Ki Ageng Makukuhan lantas mengembara, menolong orang, menyembuhkan orang yang sakit lumpuh, menyamar menjadi seorang petani guna melakukan syiar agama islam.

Beliau oleh Sunan Kudus dibekali benih tanaman yang dia sendiri tidak tahu namanya. Pesan Sunan Kudus jelas; tanamlah benih ini di tanah yang menurut hatimu tepat untuk ditanami.

Sepanjang pengembaraannya, Ki Ageng Makukuhan telah mengangkat beberapa murid atau santri yang ikut bersamanya.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Makam Ki Ageng Makukuhan di Kawah Gunung Sumbing, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.