Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Belajar Ikhlas dari Kisah Nabi Ismail dan Ibrahim

Belajar Ikhlas dari Kisah Nabi Ismail dan Ibrahim
Belajar Ikhlas dari Kisah Nabi Ismail dan Ibrahim

Dalam kisah kehidupan Nabi Ismail dan Ibrahim, banyak sekali kisah teladan yang dapat kita teladani untuk menjalani problematika rumah tangga.

Begitu banyak ujian datang tanpa henti dalam kehidupannya, namun semua itu tidak menjadikan kehidupan rumah tangganya goyah dan malah semakin menguat perkasa.

Bertahun lamanya Ibrahim dan Istrinya menanti sang buah hati. Telah banyak linangan air mata yang mengiringi doanya untuk segera dikaruniai seorang putra sebagai penerus perjuangannya.

Akhirnya, lahirlah seorang putra yang memberi kebahagiaan dan diberi nama Ismail. Namun seakan tiada henti ujian yang didapatkan keluarga Ibrahim, Allah menguji keimanannya kembali dengan sang buah hatinya Ibrahim seperti firman Allah dalam Al-Quran yang artinya,

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS. Ash-Shaffat: 102)

Meski hatinya merasakan duka, tapi Nabi Ibrahim yakin bahwa mimpi yang dialaminya merupakan wahyu dari Allah dan bukan hanya sekedar ilusi apalagi bisikan setan.

Akhirnya, ia pun bertekad melaksanakan perinntah Allah tersebut bersama anaknya.

Kebersamaan Ibrahim dan Ismail dalam Menjalankan Perintah Allah

Mengetahui bahwa hal tersebut adalah wahyu yang datang dari Allah, maka segera ia mengabarkan pada Islmail untuk meminta jawabannya.

Ismail merupakan sesosok anak yang sangat berbakti, santun akhlak, dan budi pekertinya.

Ketika mendengar wahyu Allah tersebut, maka ia pun tidak banyak berpikir panjang untuk memberikan jawabannya. Ismail yang masih belia itu pun menjawab dengan tegas kepada ayahnya.

“Wahai ayahanda, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Begitu berimannya keluarga Nabi Ibrahim, sehingga ujian seberat itu pun dihadapinya dengan penih kesabaran dan keikhlasan. Lalu, bagaimana dengan masalah-masalah yang telah kita terima?

Masih kita mengeluh dengan hal yang lebih kecil kesulitannya dibandingkan kesulitan Ibrahim dan Ismail?

Begitulah jika orang tua dengan tulus berdoa kepada Allah untuk anaknya kemudian mendidik dengan ajaran-ajaran tauhid, maka anak akan tumbuh dengan pribadi shalih yang berbakti pada orang tuanya.

Kisah Penyembelihan Ismail

Tidak dapat dibayangkan bagaimana suasana ketika Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah Allah. Haru dan menegangkan sudah pasti bergejolak dalam jiwa sang ayah yang begitu cinta pada anak semata wayangnya.

Rasa ragu pun terkadang datang dalam benaknya. Namun, ia sadar keraguan hanyalah bisikan dari setan yang harus dihindari.

Ibrahim dan Ismail pun berserah diri kepada Allah, karena begitu besar rasa cintanya mereka kepada Allah.

Maka, dimulailah pelaksaan perintah Allah seperti firman-Nya dalam Al-Quran yang artinya,

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. “(QS. ash-Shoffat:103)

Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ia (Ibrahim) telungkupkan ke tanah untuk disembelih dari arah tengkuknya tanpa melihat wajahnya saat disembelih agar lebih ringan bagi perasaannya.”

Ketika telah sempurna dalam merebahkan putranya dan mata pisau mulai arahkan untuk menyembelih leher Ismail. Saat itu Allah mengetahui kejujuran Ibrahim dan Ismail, Allah berfirman memuji Ibrahim.

“Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrohim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik’. ” (QS. ash Shaffat: 104-105)

Akhirnya Allah pun memberikan jalan keluar dari ujian mereka berdua. Allah pun mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar. Allah berfirman,

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. ash-Shaffat:106-107)

Rasa duka yang dirasakan Ibrahin dan Ismail pin seketika berubah menjadi kebahagiaan. Ujian yang diberikan pun telah terselesaikan dengan tekad mereka yang tegar dalam menghadapinya.

Dari kisah Nabi Ismail dan Ibrahim yang rela menjalankan perintah Allah, banyak hal yang dapat kita ambil dalam menjalani kehidupan, seperti kesabaran dan keikhlasan hatinya.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Belajar Ikhlas dari Kisah Nabi Ismail dan Ibrahim, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.