Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Sejarah Tersebarnya Maulid Simtudduror di Indonesia

Masuknya Maulid Simtudduror ke Jawa dan akhirnya tersebar ke seluruh penjuru negeri Indonesia.
Sejarah Tersebarnya Maulid Simtudduror di Indonesia

Maulid Simtudduror masuk ke Jawa (Indonesia) ini dibawa oleh Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, atas perintah langsung muallif dari kitab tersebut yaitu Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dan itu terjadi waktu Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi masih hidup.

Mengenal Sejarah Tersebarnya Maulid Simtudduror di Indonesia

Masuknya Maulid Simtudduror itu sendiri disebarkan melalui Haflah Maulid Akhir Khamis dan Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi memulainya di daerah Jatiwangi Cirebon dan berpindah-pindah ke berbagai kota, diantaranya Bogor dan akhirnya di Surabaya tepatnya di Masjid Ampel. Terakhir Maulid diadakan di Masjid Ampel pada tahun 1919 M, beberapa bulan sebelum kewafatan Habib Muhammad dan pada waktu itu oleh Habib Muhammad diserahkan kepada Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang Batavia Centrum (Jakarta).

Oleh Habib Ali Al Habsyi Kwitang, Maulid tersebut langsung disebarluaskan pada tahun 1919 M dan secara resmi diadakan perayaan Maulid Simtudduror di Batavia / Jakarta pada tahun 1920 Masehi.

Jadi sekedar meluruskan, kalau Maulid Simtudduror itu sudah masuk Indonesia jauh sebelum tahun 1920 Masehi.

Dan sudah lebih dari 100 tahun Maulid tersebut tersebar ke penjuru pelosok Indonesia yang senantiasa dibaca oleh para pecinta dan perindu Baginda Al Musthofa Muhammad SAW.

Al Habib Ali Al Habsyi Kwitang dan putranya Habib Muhammad bersama KH. Agus Salim

*Keterangan gambar: Al Habib Ali Al Habsyi Kwitang dan putranya Habib Muhammad bersama KH. Agus Salim pada sebuah acara di Jakarta. (Dok. PERPUSNAS RI)

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Sejarah Tersebarnya Maulid Simtudduror di Indonesia, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.