Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Gus Dur: Jangan Menyamakan Semua Agama

Gus Dur: Jangan Menyamakan Semua Agama

Baik terhadap agama lain, tapi ya jangan keliru menganggap semua (agama) sama. Tidak sama! Konsili II Vatikan, pertemuan di bawah pimpinan Paus Johannes XXIII tahun 1962 hingga 1965, selama tiga tahun, memutuskan: “Kami para uskup yang berkumpul di Vatikan menghormati hak tiap orang untuk mencapai kebenaran abadi. Tapi kami tetap yakin bahwa kebenaran abadi hanya ada di lingkungan Gereja Katolik Roma.”

Gus Dur: Jangan Menyamakan Semua Agama

Tuh, mereka saja berani (menyatakan hal) semacam itu, kok kita (umat Islam) nggak berani? Gimana itu. Ada yang menyatakan bahwa semua agama sama, ya jelas tidak sama kok! Ada aturannya sendiri-sendiri, (meskipun) ajarannya mungkin memang ada yang sama. Apa yang sama? Yakni sama-sama menghormati sesama manusia. Menghormati keyakinan yang berbeda-beda.


Maka dinyatakan di dalam Al-Quran al-Karim; lakum diinukum waliya diin, untukmu agamamu, untukku agamaku. Untuk apa dibeda-bedakan? Karena memang tidak sama. Oleh sebab itu, pondok pesantren yang mengajarkan Quran, tafsir, dan sebagainya harus hati-hati betul. Sikap menggampangkan yang akhirnya serba menyamakan Islam dengan selain Islam itu tidaklah cocok dengan kenyataan.


Maka saya minta, Anda semua supaya mengerti, bahwa Islam ini unggul di sisi Allah sambil kita tetap menghormati (agama) orang lain. Sanggup, ya?


*Ditranskrip dari video petikan ceramah Gus Dur di PP Al-Hikmah Melathen Tulungagung, 12 September 2004. 

Sumber video: https://www.youtube.com/watch?v=VAiOWQah6to

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Gus Dur: Jangan Menyamakan Semua Agama, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.