Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

10 Kejadian Fakta Penutupan Ka'bah Sepanjang Sejarah

10 Kejadian Fakta Penutupan Ka'bah Sepanjang Sejarah
Belakangan ini santer kabar beredar tentang penutupan wilayah Masjidi Haram untuk sementara waktu. Bahkan ada wacana serta kekhawatiran penangguham ibadah haji oleh pemerintah Arab Saudi. Hal tersebut terpaksa dilakukan demi mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) yang sedang mewabah di seantero dunia saat ini.
10 Fakta Penutupan Ka'bah Sepanjang Sejarah

Tentu saja kita harap wabah Covid-19 bisa segera berakhir sebelum musim haji tahun ini. Atau lebih cepat, sebelum Idul Fitri, atau bahkan sebelum Ramadan sehingga umat Islam bisa menjalani rutinitas puasa, lebaran, dan silaturahim dengan khidmat.

Namun pertanyaannya; apakah sebelumnya wilayah Ka'bah pernah ditutup? Apakah ibadah haji pernah diliburkan?

Ternyata jawabannya: pernah. Wilayah Ka'bah pernah ditutup dan haji pernah diliburkan, entah karena wabah penyakit maupun kondisi keamanan. Berikut ini 10 fakta sejarah terkait penutupan wilayah Ka'bah.

  1. Tahun 693, saat Hajaj bin Yusuf at-Tsaqafi menyerang Ka'bah. Bertujuan merongrong kekuasaan Abdullah bin Zubair di Mekah pada masa Dinasti Umayah pimpinan Abdul Malik bin Marwan. Saat itu banyak terjadi pembunuhan, bahkan sebagian Ka'bah hancur karena dilempar ketapel raksasa pasukan Hajjaj.
  2. Tahun 865, terjadi pambantaian di Bukit Arafah, oleh pasukan Ismail bin Yusuf al-Alawi yang merenggut nyawa banyak orang. Maka ibadah haji saat itu dibatalkan.
  3. Tahun 930 M, terjadi serangan suku Qaramithah pimpinan Abu Tahir al-Qurmuthi. Membantai ribuan jamaah haji. Menghadang jamaah yang datang dari Syam, Yaman, dan lainnya. Menganggap ibadah haji sebagai penyembahan terhadap berhala. Menyebabkan ibadah haji terkendala selama 10 tahun. Mereka juga mencuri Hajar Aswad dan menahannya selama 20 tahun.
  4. Tahun 1099, kota Mekah sepi dari jamaah haji sebab faktor keamanan. Saat itu terjadi perselisihan yang hebat antarpenguasa. Beberapa tahun sebelum jatuhnya Al-Quds ke tangan Tentara Salib.
  5. Tahun 1629 M terjadi banjir besar yang merobohkan dinding Ka'bah. Manasik haji dan umrah berhenti selama pembaruan Ka'bah atas perintah Sultan Murad IV, dan pembangunannya memakan waktu beberapa bulan.
  6. Tahun 1814 M, wabah penyakit di wilayah Hijaz, sekitar 8.000 orang meninggal dunia, dan pelaksanaan haji terganggu pada tahun tersebut.
  7. Tahun 1831, menyebar wabah India, karena dipercaya datang dari India. Saat itu sedang terjadi gelombang ketiga kolera yang bermula dari India. Wabah ini terjadi di tengah pelaksanaan ibadah haji. Sekitar tiga perempat jamaah haji meninggal dunia. Pelaksanaan haji disudahi sebelum masanya habis.
  8. Tahun 1837 M, terjadi lagi wabah penyakit di Tanah Haram, aktivitas haji dihentikan sampai tiga tahun.
  9. Tahun 1846-1892, wabah kolera melanda Arab Saudi. Ibadah haji pada tahun 1850, 1865 dan 1883 ditiadakan. Pada 1858 wabah ini menyebabkan banyak penduduk Arab Saudi mengungsi ke Mesir. Pada 1864 ibadah haji tetap dilaksanakan, hasilnya 1000 jamaah meninggal per hari.
  10. Tahun 1979, bertepatan tahun 1400 hijriah, di masa Raja Khalid bin Abdul Aziz, Masjidil Haram dikuasai kelompok Juhaiman al-'Utaibi dan sepupunya Muhammad bin Abdullah al-Qahthani yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Wilayah Ka'bah ditutup total selama 15 hari, di sana terjadi baku tembak, ledakan, dan pertumpahan darah.

10 Kejadian Fakta Penutupan Ka'bah Sepanjang Sejarah

Demikianlah 10 fakta sejarah tentang penutupan wilayah Ka'bah sepanjang sejarah umat Islam. Jadi kalau hari ini ada fenomena penutupan wilayah Masjidil Haram sebab antisipasi wabah virus, atau bahkan ada wacana penangguhan ibadah haji, itu bukanlah yang pertama kali.

Disadur oleh Santrijagad dari beberapa sumber:

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: 10 Kejadian Fakta Penutupan Ka'bah Sepanjang Sejarah, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.