Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

5 Tingkatan Dalam Shalat

5 Tingkatan Dalam Shalat

5 Tingkatan Dalam Shalat

Imam Ibnul Qayyim berkata di dalam kitabnya “al-Wabil ash-Shayyib min al-Kalimi ath-Thayyib”, manusia dalam shalat terdiri dari lima tingkatan;

1.        Mu'aqab
Tingkat dhalimun linafsihi (orang yg mendzalimi diri sendiri).
Ia melakukan shalat sekedar untuk melepas kewajiban. Ia tidak menyempurnakan wudhu' nya, tidak memelihara waktu-waktunya, syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya.
Ciri-ciri tingkatan ini:
a.         Tidak menyempurnakan wudhu, misal berwudhu asal basah cukup dengan disiram air, padahal perintah dalam berwudhu adalah dibasuh (sambil digosok dengan tangan).
b.         Tidak tepat waktu dalam menunaikan sholat
c.         Tidak menjaga batas-batas dan rukunnya
d.        Tidak menutup aurat dengan sempurna, misal asal pakai mukena yang transparan dan memakai lengan pendek sehingga ketika takbir terlihatlah pergelangan tangannya.
Orang yg dalam tingkatan ini akan dihukum/disiksa.

2.        Muhasab
Tingkat orang yang menjaga waktu shalat, wudhu' dan syarat-syarat dan rukun-rukun tetapi tak berdaya menghadapi bisikan (was-was) setan dan pikirannya masih diluar shalat.
Ciri-ciri tingkatan ini:
a.         Menjaga waktu sholat
b.         Menjaga batas-batas dan rukunnya
c.         Menyempurnakan wudhu
d.        Terlena dalam sholat, begitu takbir pikirannya melayang2 teringat koreksian, teringat setoran hafalan, teringat kunci yg hilang, dll. Dia tdk tahu apa yg dikerjakan dalam sholat, tidak sadar dgn apa yg dia baca,  tidak tahu apa yang dibaca imam. tahu-tahu sudah salam.
Penyebab terlena dalam sholat yaitu: jika laki-laki karena tidak bisa menjaga pandangan, bila perempuan karena tidak bisa menjaga mulutnya.
Orang yg dalam tingkatan ini akan dihisab (bisa disiksa bisa juga diampuni).

3.        Mukaffar 'Anhu
Tingkat orang yg menjaga syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, tetapi ia sibuk melawan bisikan setan dan pikiran dalam shalatnya. Ada dua pekerjaan dilakukan sekaligus dalam satu waktu yaitu shalat dan berjuang melawan setan.
Ciri-ciri tingkatan ini:
Sama dengan ciri tingkat nomer 2 hanya saja dia berusaha melawan bisikan-bisikan dalam sholat, sehingga dia tersibukkan untuk menepis pikiran-pikiran yang muncul. Sehingga sholatnya tidak khusu'.
Orang yang dalam tingkatan ini tidak mendapat pahala hanya mendapat ampunan.

4.        Mutsab
Tingkat orang yg menyempurnakan syarat dan rukunnya. Dia sadar bahwa kewajibannya adalah menyempurnakan semua itu.
Ketika shalat hatinya hadir bersama jasadnya menghadap Allah. Pada saat itu ia merasa sedang diawasi atau dilihat oleh Allah.
Ciri-ciri tingkatan ini:
Orang yang bila ia berdiri melakukan shalat, ia menyempurnakan hak-haknya dan rukun-rukunnya serta batasan-batasannya, hatinya tenggelam untuk menjaga batasan-batasannya supaya tak ada satupun yang tersia-siakan. Keinginannya seluruhnya tertuju kepada penegakan batasan-batasan shalatnya sebagaimana semestinya. Tingkat ini sampai derajat khusyu'.

5.        Muqarrab Min Rabbihi
Tingkat orang yg menegakkan shalat dengan sempurna dan hatinya hadir menghadap Allah. Ia sadar sedang berhadapan dengan Allah . Dia seolah-olah melihat Allah. Shalat baginya bukan sebuah beban, tetapi sudah menjadi hiburan yang menghilangkan duka lara.
Cirinya sama dengan tingkat keempat ditambah dia mampu menghadirkan perasaan sedang berkomunikasi dengan Alloh dan merasa sedang dilihat Alloh (ihsan). Orang seperti ini dibandingkan dengan orang yang lainnya, merupakan orang yang dalam kondisi paling afdhal.

Pendapat IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYAH dalam kitabnya AL-WABIL AL-SHAYYAB.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: 5 Tingkatan Dalam Shalat, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.