Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Sifat Fisik dan Budi Pekerti Nabi [Infografis] oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Sifat Fisik dan Budi Pekerti Nabi [Infografis] oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
Selain dikenal sebagai sosok dengan akhlak yang paling luhur, Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga dikaruniai rupa fisik yang indah. Membayangkan wajah Nabi Muhammad adalah hal yang dibolehkan, bahkan dianjurkan oleh para ulama agar kita yang tak pernah bertemu dengan beliau bisa semakin rindu, namun tidak boleh digambar. Tentu saja harus berdasarkan ilmu sebagaimana tercantum dalam riwayat-riwayat yang sahih.

Sifat Fisik dan Budi Pekerti Nabi [Infografis] oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki

Di antaranya seperti disebutkan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki di dalam kitabnya Tarikh al-Hawadits wa al-Ahwal an-Nabawiyyah. Ini dia di antara sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh Nabi Muhammad dari ujung rambut sampai ujung kaki:
  1. Tidak terlalu tinggi dan tidak pula pendek.
  2. Tidak terlalu putih juga tidak terlalu coklat.
  3. Rambut tidak keriting, juga tidak lurus (berombak), rapi dan disisir. Rambut terurai sampai pundak, terkadang sampai pada ujung telinga, terkadang hanya sampai pada pertengahan telinga. Saat wafat tak lebih dari 20 helai rambut beruban.
  4. Wajahnya bulat, berseri-seri bagai bulan purnama di malam hari.
  5. Kedua matanya melebar ke samping. Bola matanya hitam pekat, bulu matanya lentik, saluran air matanya merah. Memakai itsmid (batu celak) tiga kali setiap malam menjelang tidur.
  6. Kedua pipinya datar. Bibirnya lebar.
  7. Jenggotnya lebat, rapi tersisir.
  8. Suaranya merdu.
  9. Bahunya lebar. Di antara 2 bahunya ada tanda kenabian, seukuran telur merpati.
  10. Dadanya tegap bidang. Berbulu dada halus, tumbuh sampai pusar bagai rerumputan.
  11. Telapak tangannya lebar dan lembut, jemari dan persendiannya besar.
  12. Lengan dan bahunya rata, pergelangan tangannya panjang.
  13. Langkah kakinya mantap, bagai menuruni tangga.
  14. Perutnya rata dengan dada.
  15. Tumitnya tak berdaging.
  16. Pakaian; beliau suka memakai gamis, pakaian berwarna putih, dan jubah hitam. Lengan gamisnya sampai pergelangan tangan. Kadang memakai selendang warna merah, serta sarung dan surban. Kadang memakai pakaian warna abu-abu, kadang memakai baju besi berlengan sempit, kadang memakai mantel, kadang memakai surban hitam yang empuk dan ujungnya diletakkan di bahu. Kadang memakai pakaian tak berjahit warna hitam dari bulu. Beliau juga memakai cincin, sepatu kulit, dan sandal.

Demikian sifat-sifat fisik Baginda Nabi Muhammad. Lalu bagaimana dengan budi pekerti beliau? Allah Ta’ala menyatakan di dalam Al-Quran secara gamblang; “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam: 4). Disebutkan oleh Imam Tirmidzi di dalam kitabnya, Syamail Muhammadiyyah, mengenai beberapa budi pekerti Rasulullah yang diriwayatkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Yakni;

“Beliau adalah orang yang paling mulia akhlaknya, tidak pernah berlaku keji, tidak pula mengucapkan kata-kata kotor, tidak berbuat gaduh di pasar, dan tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi beliau pemaaf dan pengampun.” (Aisyah rha., riwayat Ahmad)

“Rasulullah tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya kecuali saat berperang fi sabilillah. Beliau tidak pernah memukul pembantu dan wanita (istri-istrinya).” (Aisyah rha, riwayat Tirmidzi)

“Aku tak pernah mendengar Rasulullah dimintai sesuatu kemudian beliau berkata ‘tidak’.” (Jabir bin Abdullah ra., riwayat Tirmidzi)

“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang sedang berbisik dengan Rasulullah kemudian beliau menjauhkan kepalanya, sehingga orang itulah yang menjauhkan sendiri kepalanya. Dan aku juga tidak pernah melihat seorang pun yang menjabat tangan Rasulullah kemudian beliau melepas tangannya, sehingga orang itulah yang melepaskan tangannya sendiri.” (Anas bin Malik ra., riwayat Abu Daud)

“Demi ayah dan ibuku, sungguh beliau tidak pernah berbuat keji dan tidak pula berkata keji, dan beliau juga tidak pernah mengeraskan suaranya di tempat tempat umum.” (Abu Hurairah ra., riwayat Ahmad)

“Orang yang terpercaya dan pilihan, mengajakan kebaikan, dan seperti cahaya bulan purnama yang mengusir kegelapan.” (Abu Bakar as-Shiddiq)

“Beliau adalah pamungkas para nabi, orang yang paling dermawan, paling lapang dada, paling benar tutur katanya, paling amanah dengan janjinya, paling lembut perangainya, paling mulia pergaulannya, siapapun yang memandangnya dengan tiba-tiba pasti akan segan kepadanya, siapapun yang bergaul dengannya secara dekat pastilah mencintainya. Aku belum pernah melihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya.” (Ali bin Abi Thalib ra., riwayat Tirmidzi)

“Ketika Rasulullah tiba di Madinah, orang-orang bergegas menyambut beliau sambil mengucapkan, ‘Rasulullah telah datang! Rasulullah telah datang! Rasulullah telah datang!’  aku berusaha menembus kerumunan orang untuk menyaksikan wajah beliau secara langsung. Setelah kuperhatikan wajahnya, aku langsung menyimpulkan  bahwa wajah beliau bukanlah tampang seorang  pendusta. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, “Hai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan dan laksanakan shalat ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (Abdullah bin Salam ra., riwayat Tirmidzi).

Demikianlah beberapa sifat fisik dan budi pekerti Nabi Muhammad riwayat para ulama. Semoga kita mendapatkan anugerah memandang wajah beliau, baik dalam mimpi maupun dalam keadaan terjaga. Amin.

*Sumber: Tarikh al-Hawadits an-Nabawiyyah karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Syamail Muhammadiyyah karya Imam Tirmidzi

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Sifat Fisik dan Budi Pekerti Nabi [Infografis] oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.