Pancasila dan Al-Qur’an Bertentangan Kah?

Sebelum kita menyimpulkannya, mari kita lihat sejarah
lahirnya Pancasila yang kebanyakan menjadi kontroversi diberbagai kalangan “Muslim
non Pancasila” ataupun “Pancasilawan non Islam”. Semoga bisa meluruskan
keadaan.
Kelahiran Dan Evolusi Pancasila
Menurut rujukan Wikipedia Indonesia, lahirnya Pancasila
adalah judul pidato yang disampaikan oleh Ir. Soekarno dalam siding Dokuritsu
Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: “Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan”
atau BPUPK) pada tanggal 1 Juni 1945. Jadi disini istilah “Pancasila” mulai
diperkenalkan yang kelak akan menjadi brand ideologi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal “Pancasila” pertama kali
dikemukakan oleh Ir. Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Pidato
ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru
mendapat sebutan “Lahirnya Pancasila” oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman
Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian
dibukukan oleh BPUPK tersebut.
Selanjutnya, sejarah Pancasila pun menunjukkan kalau
niai-nilai atau sila-sila Pancasila hari ini semula adalah sila-sila Pancasila
yang tercantum di Piagam Jakarta. Hanya sila ke-1 saja yang sedikit berbeda
dengan menghilangkan kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
para pemeluk-pemeluknya“. Sisanya sama persis.
Teks Pancasila awalnya muncul sebagai usulan Mr. Muh. Yamin
yang dirilis tanggal 29 Mei 1945, pada saat rapat pertama yang diadakan di
gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan
sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung
Volksraad (bahasa Indonesia: “Perwakilan Rakyat”). Teks Pancasila selanjutnya
adalah teks Ir. Soekarno yang dirilis tanggal 1 Juni 1945, kemudian teks
Pancasila Piagam Jakarta yang dirilis tanggal 22 Juni 1945 dan akhirnya menjadi
teks Pancasila UUD 1945 yang dirilis sehari setelah Kemerdekaan RI yaitu
tanggal 18 Agustus 1945.
Evolusi Teks Pancasila Dan Tanggal Publikasinya
Jadi kapan sebenarnya Pancasila lahir? Silahkan Anda
simpulkan sendiri. “Pancasila” disebutkan dan kemudian didokumentasikan yaitu 1
Juni 1945, sedangkan nilai-nilainya yang kemudian dirangkum menjadi sila-sila
Pancasila sejatinya adalah nilai-nilai universal yang sudah tercantum dengan
jelas di kitab suci Al-Qur’an, atau sekitar 15 abad sebelumnya.
Pancasila Bersumber dari Al Qur’an
Nah, sekarang mari kita bedah sila demi sila dari Pancasila
yang tercantum di UUD 1945 yang dirilis 18 Agustus 1945 .
Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Sila pertama ini sangat jelas kalau itu merupakan pernyataan
Tauhid, mengakui eksistensi Tuhan Yang maha Esa, bukan ketuhanan yang banyak.
Surat ke-112 Al Qur’an yaitu Al-Ikhlas menegaskan prinsip dasar ketuhanan
Agama Islam yaitu Tauhid.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ
الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
﴿٤﴾
Artinya : “(1) Katakanlah: "Dia-lah Allah,
yang Maha Esa. (2) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. (3) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, (4) dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia." (QS Al Ikhlas 112:1-4)
Tak perlu penafsiran yang rumit untuk memahami ayat ini
sebagai prinsip dasar ajaran agama Islam dan agama Abrahamik yaitu Tauhid.
Kalau ada yang merasa tersinggung dengan surat Al Ikhlas ini maka harus
dipertanyakan komitmennya sebagai warga negara Indonesia dimana sila pertamanya
adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai ekspresi tauhid yang menjadi ekspresi
ideologis NKRI.
Menurut Qurais Shihab mengenai tafsir ayat
pertama, Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya tentang Tuhannya. Maka,
dalam surat ini, beliau diperintah untuk menjawab pertanyaan itu. Yaitu, bahwa
Allah adalah Tuhan Yang memiliki segala sifat kesempurnaan, Tuhan Yang Maha
Esa, Tuhan tempat kembali dalam setiap kebutuhan, Tuhan Yang tidak membutuhkan
kepada siapa pun, Tuhan Yang Mahasuci dari sifat serupa dengan makhluk, Tuhan
Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan Tuhan yang tidak satu
makhluk pun dapat menyerupai-Nya. Mereka yang, dengan nada mengolok dan
menghina, berkata, “Gambarkan kepada kami tentang Tuhanmu,” katakan kepada
mereka, wahai Muhammad, “Allah adalah Tuhan Yang Esa, bukan selain Dia, dan
tidak ada sekutu bagi-Nya. (Tafsirq.com)
Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ
بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا
فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا
فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (١٣٥)
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri
atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan. Q.S. Annisa (4:135)
Menurut tafsir Qurais Shihab seperti dikutip di situs Tafsirq.com, Keadilan adalah sistem kehidupan yang
tidak dipertentangkan lagi. Dari itu, wahai orang-orang yang patuh dan tunduk
kepada Allah dan seruan rasul-Nya, biasakanlah dirimu dan orang lain dalam upaya
mematuhi prinsip keadilan untuk selalu tunduk kepada keadilan. Berbuat adillah
terhadap orang-orang yang teraniaya. Jadilah kalian semua penegak keadilan,
bukan karena menyukai orang kaya atau mengasihi orang miskin. Karena Allahlah
yang menjadikan seseorang kaya dan miskin, dan Dia lebih tahu kemaslahatannya.
Sesungguhnya hawa nafsu itu telah menyimpang dari kebenaran, maka janganlah
kalian mengikutinya, supaya kalian dapat berlaku adil. Jika kalian bepaling
atau enggan menegakkan keadilan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kalian kerjakan dan akan memberi balasannya. Yang baik akan dibalas dengan
kebaikan dan yang buruk akan dibalas dengan keburukan pula.
Sila Ketiga “Persatuan Indonesia”
Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku bangsa
yang berserak dari Sabang sampai Merauke. Karena itu, para founding father
menetapkan “Persatuan Indonesia” sebagai sila ketiga setelah Ketuhanan,
Kemananusiaan dengan asas keadilan universal.
Pentingnya persatuan disebutkan Al Qur’an dengan jelas
dalam surat Al Hujurat ayat 13:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat : 13)
Ayat ini turun di suku bangsa Arab yang terpecah-pecah
menjadi banyak suku dan kabilah, seperti halnya Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau dengan suku bangsa dan bahasa yang beraneka atau Bhinneka tapi
mempunyai satu tujuan bersama sehingga moto negara adalah Bhinneka Tunggal Ika
atau Unity in Diversity, Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali
diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Sila Keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan”
Sila keempat ini menjadi pilar Demokrasi Pancasila yang
merujuk pada prinsip dasar masyarakat untuk bermusyawarah dan mufakat. Al
Qur’an menyinggung hal ini di surat Asy Syura.
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. (Q.S. As-Syura : 38)
Ayat ini menegaskan pentingnya asas demokrasi ditegakkan.
Jadi suatu masyarakat atau suatu bangsa hendaknya tidak bertindak sendiri dan
tergesa-gesa dalam masalah yang terkait orang banyak. Oleh karena itu, apabila
mereka ingin melakukan suatu perkara yang butuh pemikiran dan ide, maka mereka
berkumpul dan mengkaji bersama-sama, sehingga ketika sudah jelas maslahatnya,
maka mereka segera melakukannya. Misalnya adalah dalam masalah perang dan
jihad, masalah pengangkatan pemimpin, mengangkat pegawai pemerintahan atau yang
menjadi hakim, demikian pula membahas masalah-masalah agama secara umum, karena
ia termasuk masalah yang terkait antara sesama, dan membahasnya agar jelas yang
benar yang dicintai Allah. Seperti nafkah yang wajib, misalnya zakat,
menafkahi anak-istri dan kerabat, dsb. Sedangkan nafkah yang sunat seperti
bersedekah kepada semua manusia. (Tafsirq surat Asy Syura ayat 38).
Sila Kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
Keadilan merupakan prinsip dasar kehidupan, keadilan adalah
juga keseimbangan, siapa yang tidak berbuat adil maka ia akan memunculkan
ketidakseimbangan. Adil secara harfiah artinya menempatkan sesuatu pada
tempatnya dan memberikan hak kepada masing-masing yang mempunyai hak. Adil yang
dinyatakan sebagai sila kelima adalah adil yang mencakup hak individual maupun
hak bagi masyarakat.
Keadilan sosial menyangkut kesejahteraan masyarakat banyak.
Seperti disinggung diatas, keadilan sosial merupakan kontinuitas dari suatu
musyawarah bersama yang akhirnya diharapkan memunculkan tindakan adil bagi
seluruh Rakyat Indonesia bukan bagi segelintir orang atau oknum semata.
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (Q.S. An Nahl 90)
Menurut Quraish Shihab mengenai tafsir ayat diatas, Allah
memerintahkan para hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perkataan dan
perbuatan. Allah menyuruh mereka untuk selalu berusaha menuju yang lebih baik
dalam setiap usaha dan mengutamakan yang terbaik dari lainnya. Allah
memerintahkan mereka untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh para kerabat
sebagai cara untuk memperkokoh ikatan kasih sayang antar keluarga. Allah
melarang mereka berbuat dosa, lebih-lebih dosa yang amat buruk dan segala
perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syariat dan akal sehat. Allah melarang
mereka menyakiti orang lain. Dengan perintah dan larangan itu, Allah bermaksud
membimbing kalian menuju kemaslahatan dalam setiap aspek kehidupan, agar kalian
selalu ingat karunia-Nya dan menaati firman-firman-Nya.
Jadi jelas, bagi mereka mempertentangkan Islam dan Pancasila,
mereka adalah buta sejarah dan tidak paham Pancasila bahkan mungkin justru anti
Pancasila dan anti NKRI. Demikian juga dari kalangan Islam yang mengira
Pancasila merupakan ideologi kafir menjadi salah besar karena sila-sila
Pancasila dan kandungan Al Quran itu selaras dan sejatinya jelas sekali Pancasila
sebagai ideologi negara adalah bersumber Al Qur’an.
Sumber : http://myquran.id/dna-pancasila-itu-ya-al-quran/
dengan sedikit perubahan.
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Pancasila dan Al-Qur’an Bertentangan Kah?, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.
Gabung dalam percakapan