Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Biografi Sunan Drajat / Raden Qosim / Raden Syarifuddin Putra Sunan Ampel

Biografi Sunan Drajat Raden Qasim (Raden Syarifudin) bin Sunan Ampel
Biografi Sunan Drajat / Raden Qosim / Raden Syarifuddin Putra Sunan Ampel

Biografi Sunan Drajat

Nama: Raden Qasim (Raden Syarifudin)
Lahir: Tahun 1470 Masehi
Nama Ayah: Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Nama Ibu: Nyi Ageng Manila (Dewi Candrawati)
Wafat: Tahun 1522 Masehi

Latar Belakang Sunan Drajat

Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel yang terkenal sebagai anak yang cerdas. Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qasim atau juga dikenal Raden Syarifudin. Raden Qasim merupakan adik dari Sunan Bonang. Sejak kecil, Raden Qasim selalu menghabiskan waktu bermainnya di daerah asalnya yaitu Ampeldenta. Saat menginjak dewasa, Raden Qasim ingin seperti kakaknya yang telah dikirim ke Tuban untuk berdakwah. Raden selalu mempelajari semua ajaran-ajaran Islam untuk dikuasai. Setelah menguasai pelajaran Islam, Raden Qasim segera mencari tempat untuk berdakwah. Tempat yang di ambil dan dijadikan pusat kegiatan dakwahnya adalah di desa Drajat, Kabupaten Lamongan. Raden Qasim selain berdakwah juga menjadi pemegang kendali otonom kerajaan Demak kurang lebih selama 36 tahun.

Raden Qasim dikenal sebagai Wali yang berjiwa sosial. Beliau selalu memperhatikan masyarakat yang tidak mampu, mendahulukan kesejahteraan rakyat, memberikan motivasi kepada masyarakat. Setelah mendahulukan kepentingan umum, beliau kemudian memberikan ajaran-ajaran Islam.

Karena kerberhasilannya menyebarkan agama Islam dan mampu memakmurkan kehidupan masyarakat, Raden Qasim mendapatkan gelar Sunan Mayang Madu dari Sunan Demak pada tahun 1520 Masehi.

Kisah Perjuangan Sunan Drajat

Pada suatu ketika, ayah dari Raden Qasim menyuruh putranya untuk berdakwah seperti kakaknya. Namun Raden Qasim tidak langsung menerima perintah ayahnya karena Qasim hanya ingin membantu kakaknya. Kemudian ayah mencari cara agar putranya Qasim berani berdakwah sendiri. Ayah menyarankan Qasim untuk berdakwah di Jawa bagian timur. Tapi Qasim menolaknya karena Qasim merasa berat jika ke daerah timur yang masih kental akan ajaran Hindu. Kemudian ayah memberi Qasim hak untuk memilih tempat dimana dia ingin berdakwah selain membantu kakaknya. Setelah berfikir panjang, Qasim memutuskan ingin berdakwah di daerah Surabaya, khususnya di Tuban. Namun sekali lagi ayah menyarankan Qasim untuk berdakwah di sekitar pesisir utara Gresik dan Tuban. Akhirnya Qasim menerima perintah ayahnya untuk berdakwah di tempat yang telah disetujui.

Kemudian Raden Qasim bersama para santri menuju ke Gresik untuk melaksanakan tugasnya. Sebelum sampai di Gresik, Sunan Drajat bersilahturahmi kepada Sunan Giri. Dia memberitahu kepada Sunan Giri bahwa dia diutus ayahnya untuk berdakwah di daerah pesisir utara. Sunan Giri sangat senang mendengar bahwa Raden Qasim diutus untuk berdakwah ke pesisir utara. Kemudia Sunan Giri memberikan beberapa nasehat agar kedatangannya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pesisir utara.

Sunan Drajat kemudian melanjutkan perjalanannya. Setelah beberapa hari akhirnya Sunan Drajat sampai di pesisir pantai dan bertemu dengan nelayan yang sedang melaut. Sunan Drajat menjelaskan berbagai macam jenis ikan yang bisa dimakan dan ikan yang berbahaya jika dimakan. Setelah mendengar penjelasan dari Sunan Drajat, para nelayan akhirnya mengerti dan percaya apa yang dikatakan oleh Sunan Drajat. Disinilah Sunan Drajat mulai percaya diri untuk berdakwah di Gresik yang masih kental dengan agama Hindu.

Setelah melakukan perjalanan jauh, akhirnya Raden Qasim sampai di sebuah desa yang bernama desa Drajat. Raden Qasim kemudian menjadikan pusat dakwahnya di daerah ini.

Di desa Drajat banyak kegiatan-kegiatan islami yang membuat masyarakat Hindu penasaran dan ingin tahu apa yang dilakukan Sunan Drajat bersama santri-santrinya. Sehingga dengan kecerdasan Sunan Drajat masyarakat Hindu mempu tertarik dengan metode dakwah Sunan Drajat yang memakai tembang Pangkur sebagai andalannya.

Cara Berdakwah

1.        Menggunakan metode kesenian
Kesenian yang dipakai Raden Qasim adalah tembang Pangkur.
2.        Menggunakan filosofi sendiri
Sunan Drajat dikenal memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga mempu membuat makna filosofi sendiri. Filosofi tersebut dikenal ke tujuh sap tangga. Berikut ini adalah bunyi filosofi :
a.         Memangun resep tyasing Sasoma (selalu membuat hati orang lain senang)
b.         Jroning suka kudu éling lan waspada (meski dalam suasana riang, kita harus tetap ingat dan waspada)
c.         Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
d.        Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan nafsu-nafsu)
e.         Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur).
f.          Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan sholat lima waktu)
g.         Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)

3.        Terjun langsung ke masyarakat untuk mengatasi berbagai macam masalah

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Biografi Sunan Drajat / Raden Qosim / Raden Syarifuddin Putra Sunan Ampel, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.