Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Ada Manusia Kebal Api Selain Nabi Ibrahim as

Bukan main manusia yang satu ini. Karena kesungguhan hatinya untuk mengikuti dakwah Rasulullah SAW, beliau memberanikan diri untuk menjadi mualaf.

Tentu saja hal tersebut membuat anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya menjadi marah karena pada saat itu, orang yang menganut islam masihlah sangat sedikit.

Akhirnya beliau mendapatkan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Namun beliau tetap memegang teguh keimanannya kepada Allah SWT sehingga beliau mendapatkan karomah.

Ketika hukuman dilaksanakan dengan memasukkan tubuh mualaf ini, semua orang melongo seakan tak percaya. Mereka berguman bukankah hanya Nabi Ibrahim as yang diberikan mukjizat seperti itu.

Kisah ini diceritakan oleh Ibnu Wahab dari Ibnu Lahi'ah dalam kitab Al Shahabat.

Adalah Dzu'aib bin Kilab yang mendapatkan karomah hebat tersebut.

Meskipun digertak oleh pemimpin Quraisy agar meninggalkan Islam, namun beliau menolaknya mentah-mentah.

Ada Manusia Kebal Api Selain Nabi Ibrahim as

"Apakah kamu tidak takut kalau tubuhmu dilempar ke bara api itu?" gertak pemimpin Quraisy.

Namun dengan keberanian yang sangat luar biasa, Dzu'aib justru tersenyum dan meminta izin untuk berdoa terlebih dahulu kepada Allah SWT.

Dialog tawar menawar tersebut akhirnya menjadi buntu, dan akhirnya tubuh Dzu'aib dilempar ke bara api yang menyala.

Namun apa yang terjadi....

Semua mata terbelalak seperti layaknya Nabi Ibrahim as, tubuh Dzu'aib kebal terhadap api. Seolah dingin saja di tengah kobaran api. Tubuhnya tak terbakar sedikit pun.

Subhanallah....

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Ada Manusia Kebal Api Selain Nabi Ibrahim as, jangan lupa IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.