Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Kisah Mbah Kyai Lerik atau KRT Kertowaseso (Mantan Budha Sakti dan Berjuang Bersama P. Diponegoro)

Kisah Mbah Kyai Lerik atau KRT Kertowaseso (Mantan Budha Sakti dan Berjuang Bersama P. Diponegoro)
Kisah Mbah Kyai Lerik atau KRT Kertowaseso (Mantan Budha Sakti dan Berjuang Bersama P. Diponegoro)

Makam Mbah Lerik dikeramatkan banyak orang. Makam itu terletak di Desa Dempel, Kecamatan Kalibawang, Wonosobo. Menurut kepercayaan penduduk tempatan, siapa saja yang berniat jahat di dalam makam akan mendapatkan celaka. Cepat atau lambat. Sekarang atau di hari kemudian.


Siapa itu Mbah Lerik?

Tidak ada data yang meyakinkan yang menyingkap keremangan kabut sejarah tentangnya. Hanya ada cerita lisan yang sedikit menguak liku hidup dan asal-usulnya. Cerita lisan itu menuturkan bahwa Mbah Lerik adalah nama lain dari Tumenggung Kerto Waseso. Beliau adalah Ayah dari K. Abdul Ghoni. Beliau memiliki pertalian darah dengan Keraton Yogyakarta. Setengah riwayat usianya mencapai 175 tahun.

Disebut ”Lerik” karena ketika lahir kulitnya tidak seperti kulit bayi pada umumnya, tetapi layaknya kulit anak yang sudah berumur 10 tahun.

Semenjak kecil, rambut maupun kukunya tidak dapat dipotong. Oleh karena itu rambut Beliau sampai menjadi tebal panjang dan gembel digambarkan seperti tudung kowangan. Menurut cerita kalau hujan rambut tersebut dijadikan tudung dan kalau tidur digunakan sebagai kasur.

Disamping itu juga kuku Beliau hingga 2,5 m sampai melintir-lintir, kuku tersebut sering digunakan untuk mengambil barang dari kejauhan.

Saat masih bermukim di Keraton Yogyakarta, kesaktian Mbah Lerik diuji coba, Beliau diminta bertempur dengan 7 orang prajurit. Dengan kesaktiannya, 7 prajurit tersebut bertekuk lutut. Seluruh anggota badan Mbah Kyai Lerik diyakini mengandung tuah kesaktian.

Selain itu Beliau juga memiliki ilmu agama Islam yang tinggi sehingga tercatat sebagai anggota wali pitu (wali tuju) di Wonosobo.


Budha Sakti yang diislamkan oleh K.R. Asmorosufi

Sebelum masuk Islam, KRT. Kartawasesa atau disebut juga Mbah Lerik adalah merupakan Pengikut Agama Budha yang memiliki kesaktian luar biasa.

Konon rambut dan kuku Mbah Lerik sebelum masuk Islam tidak ada seorangpun yang dapat memotongnya, meskipun dengan menggunakan berupa alat tajam apapun. Disamping itu bahwa bola matanya mempunyai keanehan tidak seperti kebiasaan mata orang biasa, ialah bergaris lurik-lurik, sehingga orang memanggilnya Si Mbah Lerik.

Dan pada akhirnya Beliau di-Islam-kan oleh KR. Asmorosufi ketika mengembangkan Ajaran Islam di daerah perbatasan Wonosobo - Magelang, yang pada akhirnya K.R. Asmorosufi bersama KH.R. Marhamah serta K. Abdul Ghoni (Putra Mbah Lerik) membuka perkampungan yang selanjutnya disebut Dusun Kramat Desa Wuwuharjo Kec. Kajoran Kab. Magelang, yang terletak ditepi sungai Kodil, perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Magelang.

Suatu hari, Mbah Lerik diminta datang ke Kramatan (Dusun Kramat) tersebut ke rumah salah satu anaknya (K. Abdul Ghoni). Setelah masuk Islam, rambut dan kuku Mbah Lerik dapat dipotong. Dengan segala daya upaya rambut dan kukunya dapat dipangkas. Begitu potongan rambut jatuh ke tanah, menimbulkan gempa bumi 3 hari berturut-turut tanpa henti. Begitu juga saat potongan kukunya jatuh, terdengar seperti bunyi linggis jatuh ke lantai semen, bergerincing sangat keras.

Potongan rambut dan kuku ini dikubur di Dusun Kramat Desa Wuwuharjo Kec. Kajoran Kab. Magelang.

Itu salah satu gambaran betapa sakti mandraguna Mbah Lerik. Ilmu tinggi dan budi pekerti luhur yang membuatnya disegani.


Berjuang bersama P. Diponegoro

Di saat perang Diponegoro pecah, Mbah Lerik bergabung dengan pasukan pribumi melawan penjajah. Pada masa itulah beliau terus bergerilya hingga sampai di Wonosobo. Beliau bergerilya dan menghimpun kekuatan di Wonosobo selatan.

Tokoh sakti trah bumi Mataram ini dikenal keras terhadap penjajah Belanda, hingga Beliau terus bergerilya menumpas kesewenang-wenangan penjajah Belanda.

Kemudian Mbah Lerik membuka desa di daerah Dempel. Setelah membuka pedesaan Dempel, Mbah Lerik diangkat menjadi sesepuh. Ia memiliki 14 anak. Sepuluh anak laki-laki dan 4 perempuan. Bahkan sampai sekarang, anak keturunannya masih hidup di luar Kota Wonosobo.


Makam Mbah Lerik

Beliau wafat kira-kira pada tahun 1830 M dan disemayamkan di Desa Dempel. Makam Mbah Lerik terletak di dekat kompleks kuburan desa. Namun agak terpisah dari makam lain. Bangunan makamnya tergolong bagus. Modelnya minimalis. Layaknya perumahan yang siap huni.

Lihat Rekaman Video Makamnya :

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kisah Mbah Kyai Lerik atau KRT Kertowaseso (Mantan Budha Sakti dan Berjuang Bersama P. Diponegoro), jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.