Kisah Nabi yang Mampu Menahan Terbenamnya Matahari

Ada Kisah Seorang Nabi yang Mampu Menahan Terbenamnya Matahari, Siapakah Nabi Tersebut?
Ada Kisah Seorang Nabi yang Mampu Menahan Terbenamnya Matahari, Siapakah Nabi Tersebut?
Kisah Seorang Nabi yang Mampu Menahan Terbenamnya Matahari, Siapakah Nabi Tersebut?

Sumber kisah adalah hadits Rasulullah SAW, dari Abu Hurairah ra.

Dalam suatu hadis, Rasulullah menegaskan bahwa ada seorang nabi di kalangan Bani Isro’il yang bisa menahan gerakan matahari saat berjihad. Sudah diketahui dalam sejarah bahwa beliau adalah Yusya’ bin Nun. Jadi riwayat ini secara implisit menunjukkan Yusya’ bin Nun adalah seorang nabi.

Nabi Yusya

Yusya’ bin Nun (يُوْشَعُ بْنُ نُوْنٍ) adalah murid Nabi Musa.

Beliaulah yang disebut Allah dalam Al-Qur’an dengan lafaz Fata (anak muda) yang menemani Nabi Musa saat mencari Nabi Khidir.

Setelah Nabi Musa dan Nabi Harun wafat, beliau diangkat Allah menjadi nabi dan memimpin Bani Isro-il.

Di masa kepemimpinan beliau, Bani Isro’il diajak berjihad dan menang hingga menduduki tanah Kanaan.

Saat memasuki tanah yang hendak ditaklukkan itulah terjadi peristiwa yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Yakni saat Allah memerintahkan agar Bani Isro’il masuk gerbang sambil mengucapkan hittatun (حِطَّة) yang bermakna istigfar, sebagian orang-orang zalim secara “slengekan”, canda, mengejek dan main-main mengubah bacaan tersebut dengan lafaz mirip hittatun dalam bahasa mereka, tapi maknanya “biji pada sehelai rambut”.

Maksudnya; mereka mengejek bahwa upaya berjihad memerangi banyak raja di tanah Kanaan itu hampir mustahil dan sangat sulit seperti sulitnya mengikat sebutir biji dengan sehelai rambut, atau seperti orang makan biji dengan rambut yang akan mencekik pemakan.

Dalil yang menunjukkan Yusya’ bin Nun itu seorang nabi adalah hadis berikut ini,

عَنْ ‌أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «‌غَزَا ‌نَبِيٌّ ‌مِنَ ‌الْأَنْبِيَاءِ، فَقَالَ لِقَوْمِهِ: لَا يَتْبَعْنِي رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا، وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا وَلَا أَحَدٌ بَنَى بُيُوتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوفَهَا، وَلَا أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ، وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلَادَهَا، فَغَزَا، فَدَنَا مِنَ الْقَرْيَةِ صَلَاةَ الْعَصْرِ، أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لِلشَّمْسِ: إِنَّكِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ، اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيْنَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ، فَجَمَعَ الْغَنَائِمَ فَجَاءَتْ يَعْنِي النَّارَ لِتَأْكُلَهَا فَلَمْ تَطْعَمْهَا، فَقَالَ: إِنَّ فِيكُمْ غُلُولًا، فَلْيُبَايِعْنِي مِنْ كُلِّ قَبِيلَةٍ رَجُلٌ، فَلَزِقَتْ يَدُ رَجُلٍ بِيَدِهِ، فَقَالَ: فِيكُمُ الْغُلُولُ، فَلْيُبَايِعْنِي قَبِيلَتُكَ، فَلَزِقَتْ يَدُ رَجُلَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةٍ بِيَدِهِ، فَقَالَ: فِيكُمُ الْغُلُولُ، فَجَاءُوا بِرَأْسٍ مِثْلِ رَأْسِ بَقَرَةٍ مِنَ الذَّهَبِ، فَوَضَعُوهَا، فَجَاءَتِ النَّارُ فَأَكَلَتْهَا، ثُمَّ أَحَلَّ اللهُ لَنَا الْغَنَائِمَ، رَأَى ضَعْفَنَا وَعَجْزَنَا، فَأَحَلَّهَا لَنَا.». «صحيح البخاري» (4/ 86 ط السلطانية).

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah bersabda:
“Ada seorang Nabi diantara para Nabi yang berperang lalu berkata kepada kaumnya: ‘Janganlah mengikuti aku seseorang yang baru saja menikahi wanita sedangkan dia hendak menyetubuhinya karena dia belum lagi menyetubuhinya (sejak malam pertama), dan jangan pula seseorang yang membangun rumah-rumah sedang dia belum memasang atap-atapnya, dan jangan pula seseorang yang membeli seekor kambing atau seekor unta yang bunting sedang dia menanti-nanti hewan itu beranak.’ Maka Nabi tersebut berperang dan ketika sudah hampir mendekati suatu kampung datang waktu shalat ‘Ashar atau sekitar waktu itu lalu Nabi itu berkata kepada matahari: ‘Kamu adalah hamba yang diperintah begitu juga aku hamba yang diperintah. Ya Allah tahanlah matahari ini untuk kami.’ Maka matahari itu tertahan (berhenti beredar) hingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Kemudian Nabi tersebut mengumpulkan ghanimah lalu tak lama kemudian datanglah api untuk memakan (menghanguskannya) namun api itu tidak dapat memakannya. Maka, Nabi tersebut berkata: ‘Sungguh diantara kalian ada yang berkhianat (mencuri ghanimah) untuk itu hendaklah dari setiap suku ada seorang yang berbai’at kepadaku. Maka ada tangan seorang laki-laki yang melekat (berjabatan tangan) dengan tangan Nabi tersebut lalu Nabi tersebut berkata: ‘Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah maka hendaklah suku kamu berbai’at kepadaku.’ Maka tangan dua atau tiga orang laki-laki suku itu berjabatan tangan dengan tangan Nabi tersebut lalu Nabi tersebut berkata: ‘Di kalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah.’ Maka mereka datang dengan membawa emas sebesar kepala sapi lalu meletakkannya’ Kemudian datanglah api lalu menghanguskannya. Kemudian Allah menghalalkan ghanimah untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidak mampuan kita sehingga Dia menghalalkannya untuk kita.” (HR. al-Bukhori)

Dalam riwayat Ahmad ditegaskan, nabi yang menahan pergerakan matahari ini memang Nabi Yusya’ bin Nun. Ahmad meriwayatkan,

«عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ‌إِنَّ ‌الشَّمْسَ ‌لَمْ ‌تُحْبَسْ ‌عَلَى ‌بَشَرٍ ‌إِلَّا لِيُوشَعَ لَيَالِيَ سَارَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ». «مسند أحمد» (14/ 65 ط الرسالة)

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Bersabda: “Sesungguhnya matahari tidak pernah ditahan untuk menusia kecuali untuk Nabi Yusya` ketika malam perjalanan dia menuju Baitul Maqdis. (HR. Ahmad)

Orang-orang ahlul kitab menyebut beliau Yosua/Joshua.

Salah satu surat dalam Taurat/Tanakh mengkhususkan bab tersendiri dengan nama beliau: Kitab Yosua.

Yahudi Samaritan/Samaria hanya mengakui surat ini bersama surat Hakim-Hakim sebagai penambah Pentateukh.

Kisahnya

Setelah Nabi Musa as wafat, Nabi Yusya' bin Nun membawa Bani Israil untuk keluar dari padang pasir. Mereka berjalan hingga menyeberangi sungai Yordania dan akhirnya sampai di kota Jerica (Yeriko).

Kota Jerica adalah sebuah kota yang mempunyai benteng dan pintu gerbang yang sangat kuat. Bangunan-bangunan di dalamnya tinggi-tinggi serta berpenduduk padat.

Nabi Yusya' bersama kaumnya, Bani Israil, mengepung kota tersebut sampai 6 bulan lamanya.

Pada suatu hari, mereka bersepakat untuk menyerbu sampai ke dalam. Dengan diiringi suara terompet dan pekikan takbir, serta semangat yang kuat, mereka berhasil menghancurkan benteng kota dan memasukinya.

Di dalam kota Jerica, mereka mengambil harta rampasan dan membunuh siapa saja yang mencoba menghalanginya.

Mereka juga memerangi sejumlah raja yang berkuasa di Syam.

Hari itu adalah hari Jum'at, peperangan belum juga usai sementara matahari sudah hampir terbenam. Berarti hari Jum'at akan segera berlalu dan hari Sabtu akan segera tiba. Padahal, menurut syariat, pada hari sabtu dilarang untuk melakukan peperangan.

Doa Nabi

Nabi Yusya' kemudian berkata, "Wahai Matahari, sesungguhnya engkau hanya mengikuti perintah Allah SWT, demikian pula aku. Aku bersujud mengikuti perintahNya. Ya Allah, tahanlah matahari itu untukku agar tidak terbenam terlebih dahulu."

Dengan izin Allah SWT, matahari itu tidak terbenam dulu, sebelum negeri itu ditaklukkan.

Setelah Baitul Maqdis dapat dikuasai oleh Bani Israil, mereka pun hidup di dalamnya dan Nabi Yusya' yang memerintah mereka dengan kitab Allah, kitab Taurat sampai akhir hayatnya.

Beliau kembali ke hadirat Allah SWT saat berumur 127 tahun dan masa hidupnya 27 tahun setelah wafatnya Nabi Musa as.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya matahari itu tidak pernah tertahan untuk terbenam hanya karena seorang manusia yang bernama Yusya' yaitu pada malam-malam dia berjalan ke Baitul Maqdis untuk berjihad."

Diriwaytkan pula oleh Abu Hurairah ra dari Rasulullah SAW. Ada seorang Nabi dari Nabi-Nabi Allah yang ingin berperang, dan dia berkata, "Tidak boleh ikut bersamaku dalam peperangan ini, seorang laki-laki yang telah berkumpul dengan istrinya dan mereka mengharapkan seorang anak, tapi belum mendapatkannya. Begitu pula orang yang membangun rumah tapi atapnya belum selesai. Juga tidak boleh ikut bersamaku orang yang telah membeli kambing atau unta bunting yang dia tunggu binatang itu beranak."

Maka berangkatlah Nabi itu berjihad. Ketika sudah berada di dekat daerah yang dituju, saat Ashar telah tiba atau hampir tiba, maka Nabi itu berkata kepada matahari, "Wahai matahari, engkau tunduk kepada perintah Allah dan aku pun demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar tidak terbenam."

Maka Allah SWT menahan matahari itu hingga Nabi itu bersama kaumnya menaklukkan daerah tersebut. Kemudian mereka Mengumpulkan semua harta rampasan di sutau tempat. Namun tiba-tiba saja ada api yang menyambar, tetapi api tidak sampai membakar harta rampasan itu.

Nabi Yusya' berkata, "Diantara kalian ada yang berkhianat, masih menyimpan sebagian harta rampasan. Aku harap seseorang dari setiap kabilah bersumpah kepadaku."

Satu persatu seseorang dari tiap kabilah bersumpah. Tiba-tiba tangan Nabi Yusya' lengket pada tangan dua atau tiga orang. "Kalian berkhianat," teriak Nabi Yusya'.

Dan orang-orang yang berkhianat itu mengeluarkan emas sebesar kepala sapi. Emas itu kemudian dikumpulkan dengan harta rampasan lainnya. Harta rampasan itu dukumpulkan di sebuah lapangan, dan tiba-tiba saja datanglah api menyambar dan melalapnya.

Rasulullah SAW bersabda, "Harta rampasan memang tidak pernah dihalalkan untuk umat sebelum kita, dan dihalalkan untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita."

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kisah Nabi yang Mampu Menahan Terbenamnya Matahari, jangan lupa IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.


Artikel Terkait

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

Masukkan URL Gambar / Cuplikan Kode / Kutipan / Tag Nama, lalu klik tombol parse yang sudah anda masukkan. Salin hasil parse kemudian tempelkan ke kolom komentar.


Persetujuan Cookie

Kami menyajikan cookie di situs ini untuk menganalisis lalu lintas, mengingat preferensi, dan mengoptimalkan pengalaman Anda.

Selengkapnya...
Google Translate
Bookmark Artikel