Bergabunglah di Grup WhatsApp PTS, ikuti Program Tadarus setiap periode 15 hari DISINI
{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Kesaktian Keris Cundrik Jenderal Sudirman Penolak Mortir Milik Pasukan Belanda

Kesaktian Keris Cundrik Jenderal Sudirman Samarkan Rumah Penduduk dari Pasukan Belanda
Kesaktian Keris Cundrik Jendral Soedirman
Kesaktian Keris Cundrik Jendral Soedirman

Siapa yang tak kenal dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini. Semuanya juga tahu, bahwa Panglima inilah yang bergerilya menghadapi sekutu meskipun dalam keadaan sakit.

Meskipun bergelar Jenderal, namun kepercayaan dan kegemaran Jenderal Besar Soedirmn pada supranatural tidak hanya terjadi pada saat gerilya saja, akan tetapi juga dalam diplomasi formal dengan Belanda.

Panglima Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya dari akhir 1948 hingga pertengah 1949. Pada masa itu sang Panglima TNI harus memimpin perang dalam kondisi di tandu untuk masuk berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lain.

Banyak cerita magis yang menyelimuti peperangan prajurit kelahiran Purbalingga tersebut. Dirinya dipercaya bisa bersembunyi dari kejaran Belanda di tempat terang. Ada juga cerita di mana Pak Dirman, panggilan akrabnya, menyembuhkan orang sakit.

Salah satu kesaktian yang dimiliki oleh Soedirman terletak pada keris. Pada suatu waktu, desing pesawat Belanda membangunkan Desa Bajulan, Nganjuk Jawa Timur. Serangan bom atau peluru ini menggetarkan hati para penduduk, terutama Jirah. Di rumahnya ada sembilan laki-laki asing tamu ayah angkatnya, Kedah. Dirinya menduga Belanda sedang mencari sembilan orang tersebut.

Salah satunya memakai beskap yang sering dipanggil Klaine atau Pak Kiai. Di tengah serbuan pesawat itu, Pak Kiai mengeluarkan keris dari pinggangnya dan merapal doa. Keris itu berdiri dengan ujung lancipnya menghadap ke langit-langit.

Ketika suara pesawat itu semakin dekat, kian nyaring doa mereka. Setelahnya keris itu perlahan miring, lalu jatuh ketika bunyi pesawat menjauh. Klaine kemudian menyarungkan kembali keris tersebut dan meminta undur diri dari ruang tamu.

Seorang pengawal Klaine bercerita bahwa keris dan doa itu telah menyamarkan rumah dan kampung tersebut dari pesawat Belanda. Usut punya usut, sosok tinggi, kurus, pendiam dengan memakai beskap itu adalah Jenderal Soedirman.

Kesaktian sang Panglima

Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, anak bungsu Soedirman banyak mendengar tentang kesaktian ayahnya. Soedirman terkenal punya firasat dan perhitungan jitu semasa bergerilya sehingga sulit ditangkap oleh Belanda.

Misalnya cerita ketika Soedirman sampai di Gunungkidul, dia tak mengizinkan pasukannya beristirahat lama-lama. Benar saja, beberapa saat kemudian, pasukan Belanda tiba di lokasi peristirahatan pasukannya.

“Jika Soedirman yang dalam sakit bengek dan tubuh rapuh, tak segera meminta mereka jalan lagi, pertempuran tak akan bisa dihindari. Dan bisa jadi pasukan Bapak kalah,” kata Teguh.

Soedirman memang sangat hobi mengoleksi keris, dirinya pun percaya bahwa keris benda pusaka itu punya tuah untuk melindunginya. Misalnya ketika Soedirman terpojok di lereng Gunung Wilis, Tulungagung, kerisnya mampu menyelamatkannya.

Ketika itu, jelas Teguh, tentara gerilyawan sebenarnya tak punya celah untuk meloloskan diri dari kepungan pasukan Belanda. Tetapi Pak Dirman, tiba-tiba mencabut cundrik, keris kecil pemberian seorang kiai di Pacitan dan mengarahkan ke langit.

Tak berapa lama, awan hitam menghantam-hantam. Hujan lebat pun turun dan membuyarkan kesolidan pengepungan Belanda. Lagi-lagi pasukan Soedirman selamat dari kepungan pasukan Belanda.

Soedirman tak pernah lepas wudhu

Mas Setiawan, pemilik rumah tua yang pernah jadi markas gerilya pasukan Jenderal Soedirman menceritakan bahwa banyak masyarakat sekitar yang membantu sebagai penunjuk jalan.

Selain itu, Jenderal Soedirman juga selalu menyebar intelijen di berbagai tempat, misalnya ketika dirinya ingin menuju Yogyakarta melewati Desa Tokawi, Pacitan. Ada laporan intelijen yang memberi tahu pak Dirman bahwa perjalanan ke Jogja tidak boleh dilanjutkan lagi.

Tetapi Mas Setiawan mengungkapkan pengalaman magis dari Pak Dirman, salah satunya adalah tempat persembunyian tersebut hampir saja ketahuan dari pihak musuh. Saat itu ada dua pesawat belanda yang lewat.

Soedirman yang saat itu sedang berjemur langsung dipayungi daun pisang oleh ajudannya. Dia kemudian mengacungkan kerisnya ke arah pesawat. Ajaibnya, pesawat tersebut mengubah arahnya dan mengebom Kuburan Semen yang berada di balik gunung.

Banyak yang mengira Jenderal Soedirman memiliki jimat tertentu, tetapi Mas Setiawan menyatakan bahwa ada salah satu jimat yang dibawa oleh Pak Dirman. Hal ini menurutnya bukan soal keris atau bacaan tertentu.

“Pak Dirman itu jarang batal wudu-nya. Kira-kira salah satu jimat Pak Dirman, ya tidak batal wudhunya itu,” tegas Setiawan.

Menjatuhkan Pesawat dengan Bubuk Merica

Siapa sangka, Jenderal Soedirman ini sebenarnya ahli dalam hal mistis.

Jenderal Soedirman mampu menjatuhkan pesawat Belanda hanya dengan meniupkan bubuk merica. Sungguh hal gila yang pernah aku dengar, sungguh di luar nalar. Akan tetapi, hal ini jelas dan terbukti oleh kesaksian teman Jenderal Soedirman yang dituturkan kembali oleh anaknya yang bernama Mohammad Teguh Soedirman.

Pada sekitar bulan Januari 1949, semua penduduk pada panik, yang di sawah, di jalan. Semua orang berlari menuju rumahnya masing-masing, ada juga yang bersembunyi di balik pepohonan karena ada pesawat Belanda yang sedang mencari-cari para gerilyawan. Peswat tersebut bisa saja menjatuhkan bom dan peluru ke mereka.

Menurut penuturan Jirah, yang ssat itu usianya 16 tahun yang merupakan anak dari Pak Kedah, salah satu kawan jenderal Soedirman. Waktu itu Jenderal Soedirman sedang berkunjung ke rumah Pak Kedah. Jirah menguping pembicaraan Jenderal Soedirman dan ayahnya, Pak Kedah serta beberapa orang lagi.

Di dalam rumah Pak Kedah nampak laki-laki yang memakai beskap dikelilingi oleh beberapa orang termasuk ayahnya. Laki-laki itu biasa dipanggil Kyai Ine. Kyai Ine mengeluarkan keris dari balik pinggangnya dan ditaruh dihadapannya.

Tangannya merapat dan mulutnya komat-kamit seakan membaca sesuatu.

Ajaib, keris itu bisa berdiri dengan ujungnya ke tas menghadap langit-langit. Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi pesawat Belanda yang semakin mendekat. Doa pun dibacanya dengan agak nyaring, kemudian keris menjadi miring lalu jatuh ke tanah.

Bersamaan dengan jatuhnya keris itu, suara pesawat juga hilang, tidak terdengar lagi.

Menurut Jirah, ada seorang pengawal Kyai Ine bercerita bahwa keris dan doa tersebut telah menyamarkan rumah dan kampung tersebut dari penglihatan tentara Belanda.

Jirah merasa penasaran dengan laki-laki yang memakai beskap itu.

Dari curi-curi obrolan para tamu dan ayahnya, Jirah mendengar samar-samar bahwa orang yang berperawakan tinggi, kurus dan pendiam itu dipanggil Kyai Ine atau Jenderal Soedirman.

Wah, Panglima Besar Jenderal Soedirman ternyata sakti. Beliau bukan saja menjatuhkan pesawat dengan bubuk merica, namun bisa juga membelokkan mortir-mortir Belanda.

Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kesaktian Keris Cundrik Jenderal Sudirman Penolak Mortir Milik Pasukan Belanda, jangan lupa ikuti website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama.